Sunday, November 28, 2004
Boku Doraemon...
Suka nonton Doraemon ? Sama, saya juga. Sayangnya, kartun Doraemon yang disiarkan di TV Indonesia sudah diganti suaranya dengan bahasa Indonesia. Suara asli Doraemon dalam bahasa Jepang ternyata lebih lucu.
Belakangan ini ada rumor seputar suara pengisi Doraemon dan teman-teman. Kabarnya, setelah 25 tahun mengisi suara, mulai musim semi tahun depan, mereka akan diganti. Ternyata, rata-rata umur pengisi suara tersebut, adalah 68 tahun. Loh, sudah nenek2 dan kakek2 dong... Tapi mereka masih mampu membawakan karakter Doraemon yang baik hati, Nobita yang pemalas, Giant yang tukang rampas, dan karakter lainnya.
Pengisi suara Doraemon saat ini adalah Nobuyo Oyama, seorang nenek berumur 68 tahun. Sedangkan Nobita diisi oleh Noriko Ohara, 69 tahun. Pengisi suara Shizuka berumur 66 tahun, Giant 70 tahun, dan Suneo 69 tahun.
Friday, November 26, 2004
Yon sama !!!
Pernah ngefans berat sama artis, dan bela-belain mengantri demi melihat sang artis? Kapan ? Waktu SMP, SMA, kuliah ?
Pernah melihat 3500 orang ibu-ibu menunggu, histeris melihat seorang artis pria idola ? Itu yang terjadi kemarin di bandara Narita. Gara-gara Bae Yong Jun, pemain sinetron Winter Sonata datang ke Jepang untuk promosi kumpulan fotonya, ibu-ibu yang berumur 50 - 60 tahun itu rela menginap di bandara, demi melihat senyum mautnya cowok ganteng dari Korea itu. Bahkan ada yang menunggu selama 24 jam loh.
Bae Yong Jun, populer dipanggil Yon sama (-sama = panggilan lebih hormat dari -san), dikabarkan mengasuransikan para penggemarnya seharga 1 milyar yen, kalau-kalau ibu-ibu penggemar itu terluka waktu menunggu kedatangannya. Huah baiknya..., bagaimana ga tambah kelenger ibu-ibu itu ?
"Yon sama" bahkan menjadi kata favorit tahun 2004 di Jepang, saking seringnya diucapkan orang. Banyak kata-kata baru yang diplesetkan dari kata "Yon sama", seperti "ohaYon gozaiSama" -- dari kata "ohayo gozaimasu": selamat pagi.
Yang jelas, banyak suami yang mengeluhkan terlantarnya kondisi rumah tangga akibat sang istri sibuk dengan cowok muda ganteng itu...
Thursday, November 25, 2004
Tentang ibu saya
Hari ini ibu saya ulang tahun. Pinginnya sih saya tuliskan puisi indah yang bisa membuat pembaca terharu-biru. Tapi berhubung saya ga bisa berbahasa yg mendayu-dayu, apa yang saya tulis di kolom ini adalah sekedar fakta ttg kekaguman seorang anak pada ibunya.
Saya tidak pernah mengatakannya secara jelas, tanpa saya sadari, saya telah menempatkan ibu saya sebagai tokoh idola dalam hati saya.
Ibu saya bukan manusia sempurna. Beliau seorang ibu, seorang istri, seorang kakak, seorang wanita karir, seorang pengelola rumah kost, dan lain-lain. Baru beberapa tahun belakangan ini saya menyadari betapa hebatnya ibu menjalankan berbagai profesi di atas bersamaan. Ibu saya membuat saya sadar akan kekuatan wanita, dibalik kelemah-lembutannya, dibalik emosi dan air mata.
Ibu saya menyadarkan satu prinsip yang saya pegang teguh, bahwa kesuksesan, apapun arti sukses itu, perlu dicapai dengan kerja. Saya sering bercanda dengan adik-adik saya, bagi beliau hari libur adalah hari kerja, karena beliau selalu tidak pernah bisa diam, selalu bersih-bersih rumah, atau bahkan membersihkan kamar mandi mbak-mbak kost di belakang rumah.
Ibu saya mengajarkan kesetiaan. Setia pada ayah saya, yang mewariskan ke-keraskepala-an saya. Meskipun kondisi sedikit memburuk akibat krisis ekonomi. Setia pada pekerjaan, meskipun harus bertahan tetap 'bersih' berdiri di tengah badai 'suap dan korupsi'.
Ya, ibu saya seorang pegawai negri, profesi yang menurut saya sangat penuh intrik dan kecurangan. Tapi sosok ibu saya membuktikan, beliau mampu bertahan, bahkan terus menanjak karirnya, meskipun terus menghadapi tekanan.
Pagi ini ibu saya memberitahu bahwa beliau akan dipindah ke kota lain, untuk lama waktu yang belum ditentukan. Ikut senang, bahwa kerja keras dan loyalitas akhirnya dihargai dengan kenaikan golongan dan perpanjangan pensiun. Tapi dibalik itu, ada kesedihan dan kekhawatiran hidup pisah dengan ayah, yang tidak bisa meninggalkan warungnya di Jakarta. Saya tahu, ibu saya sosok wanita tegar, meskipun air mata selalu terlihat di pelupuk mata setiap mengantar dan menjemput saya di Sukarno-Hatta.
Selamat ulang tahun, mama.
Maafkan anakmu yang tidak bisa ada disisimu pada hari ulang tahunmu.
Wednesday, November 24, 2004
Memori
Sering mengingat-ingat masa kecil ? Kejadian pada umur paling kecil berapakah yang bisa anda ingat ? Katanya acara di
TV ini, rata-rata orang bisa mengingat paling lama kejadian pada waktu dia berumur 4 tahun. Samar-samar, saya ingat waktu ulang tahun di TK dulu, pakai baju bagus sendiri sementara yang lain pakai seragam. Bagi-bagi kantong isi permen ke teman dan ga usah ikut pelajaran.
Pernah bertengkar dengan pacar/suami karena ternyata dia lupa kapan hari jadian ? Katanya, cewek itu lebih mudah mengingat hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, seperti tertulis di
buku ini. Makanya, tidak jarang cewek masih ingat detail ttg hari istimewa yang berkesan.
Pernah putus cinta, terus sempat berirkrar ga bakal lupa sama cinta itu, tapi ternyata lama-kelamaan lupa juga karena sudah dapat yang baru ? Katanya, itu karena pada waktu itu, ingatan kita masih bercampur dengan emosi, yang secara tidak langsung menambah kuat tempelan kejadian di otak kita. Begitu kita mengganti emosi tsb, tempelan ingatan itu juga makin lama memudar, meskipun tidak sepenuhnya hilang.
Pernah merasa lupa sudah mengunci pintu rumah atau belum, padahal baru saja keluar gerbang ? Katanya, itu karena aktivitas mengunci pintu itu sudah jadi bagian dari kebiasaan, yang dianggap tidak perlu masuk ke memori.
Merasa sudah tua, dan tidak mampu lagi mengingat banyak hal ? Padahal menurut penelitian, tidak ada korelasi antara semakin bertambahnya umur manusia sehat dengan kemampuan mengingat loh. Tahun ini, rekor menghapalkan angka pi (3,14...) dipecahkan oleh seorang bapak berumur 58 tahun dari Chiba. Beliau bisa menghapal sampai 54000 angka dibelakang koma. Masalahnya adalah, semakin tua umur seseorang, makin berkurang rasa keingintahuannya, dan semakin malas mengingat.
Si bapak pemegang rekor tadi, mengingat angka pi dengan 'menerjemahkan' angka2 tsb dengan cerita yang mudah dibayangkan. Misalnya, angka 3 dalam bahasa Jepang bisa dibaca sa, mi, dan san, angka 9 bisa dibaca ka, ku, dan ke, maka 392394 bisa dibaca menjadi sakenomikanji (bos minum sake). Cuma saya belum bisa menemukan bagaimana menerjemahkan angka dalam bahasa Indonesia.
Nah itu sih katanya acara TV. Tapi bisa dibayangkan kan, betapa repotnya seandainya kita otak kita tidak bisa mengingat ? Lupa siang tadi makan apa, padahal makanannya super lezat. Lupa bahwa hari ini janjian jalan dengan yayank, ga bisa merasa deg-degan dong. Meskipun ada juga sih, ingatan yang pinginnya dihapus saja...
memori, kau membuka luka lama
yang ku ingin lupa
memori, tolong daku pergi jauh
janji tak kan kembali memori...
(Ruth Sahanaya)
Sayangnya, saya baru nonton acara ini kemarin, bukan waktu saya SMA. Kalau saja dari dulu saya sadar penelitian ttg memori manusia ini menarik, mungkin sekarang saya ga ada di lab ini, tapi di lab lantai paling atas bersama para kera tanpa batok kepala yang sedang diteliti otaknya.
Saturday, November 20, 2004
The reception
Saya lagi pusing berat.
It's 10 pm, saturday night, dan saya masih di depan komputer, diantara tumpukan jurnal, memikirkan riset yang sedang mentok. I have to make presentation for Monday, and I still don't know what to present. Semua cara yang saya pikirkan gagal total.
So, biarkan saya 'merefresh' otak saya sejenak.
Seperti yang saya tulis sebelumnya, seorang teman saya menikah di Jepang sini, dan saya 'beruntung' diundang ke perjamuan pernikahannya (consider only 2 indonesian were invited). Berhubung tata cara pernikahannya ala Eropa, saya tidak bisa cerita ttg pernikahan adat Jepang. Berikut adalah beberapa hal yang saya rasa cukup beda dengan pernikahan di Indonesia.
Saya tidak tahu bagaimana kondisi resepsi menikah di negara lain. Di Jepang, jumlah tamu yang diundang rata-rata hanya 50 orang, jauh lebih sedikit dari yang di Indonesia. Undangan dikirimkan kira-kira sebulan sebelum hari raya, dan si penerima harus mengirimkan kembali kartu pos absensi (atau presensi,
Mas Kere ?), tanda bahwa si penerima akan datang ke resepsi. Seandainya akan membawa pasangan, nama pasangannya juga harus ditulis di kartu pos tsb.
Pada hari H-nya, bagi masing-masing undangan disediakan tempat duduk sesuai nama yang diundang. Jadi kalau kartu pos absensi tidak dikirim ke sang pengundang, bakal tidak kebagian tempat duduk. Dengan cara begini, tentu saja kita tidak bisa seenaknya 'sok kenal' dengan sang pengantin, seperti yang sering terjadi di Ind, demi ikut makan gratis.
Kebetulan makanan yang disediakan pada hari pernikahan teman saya itu adalah makanan Perancis. Sayang, buat lidah daun singkong saya, hidangan mewah seperti itu terasa kurang cocok, i miss kambing guling n soto betawi... Beruntung saya ditempatkan satu meja dengan keluarga pengantin wanita yang semuanya orang Indonesia, jadi ga malu dengan tata cara makan masakan Perancis dengan pisau-garpu yang banyak itu :)
Oh ya, yang saya perhatikan, semua tamu datang sebelum acara resepsi dimulai. Tidak ada yang terlambat, dan tidak ada yang pulang lebih dahulu. Apa ini hanya di Jepang kah ?
Selesai resepsi, semua tamu dibawakan oleh-oleh. Bagian saya berupa kue pai berbentuk ikan, kalau tidak salah namanya ikan tai, dan cawan porselen. Sepertinya ini merupakan 'balasan' /
hangaesi atas 'uang ucapan selamat' yang diberikan oleh undangan.
Tentang uang ucapan selamat, sebenarnya ada aturan tertentu jumlah uang yang layak diberikan. Antara lain, jumlahnya harus ganjil, tidak boleh habis dibagi 2. Misalnya 10000, 30000, atau 50000 yen. Tapi, beberapa orang Jepang yang saya tanyakan memberi jawaban berbeda tentang hal ini.
Ok, sekian dulu ceritanya. Saya mau pulang saja. tidur...
Mereka bukan lagi dua, melainkan satu
Setelah apa yang saya tulis ttg karakter umum cowok Jepang, apa semua cowok Jepang seperti itu ?
Ah, saya rasa setiap orang punya karakter sendiri-sendiri, unik utk tiap pribadi. Dan ada teman saya yang 'beruntung' mendapat kesempatan untuk 'menyelami lebih dalam' lewat pernikahan.
Teman saya, dulu kami berangkat sama-sama dari bandara Sukarno-Hatta, menikah dengan cowok Jepang teman lab-nya. Pernikahan antar-bangsa, what do you have in mind ?
She's so lucky ?
Susah menghadapi perbedaan budaya ?
Repotnya komunikasi ?
Mungkin mereka akan menghadapi tantangan lebih berat dari pasangan sama bangsa, tapi asalkan ada cinta, mudah-mudahan bisa diatasi...
Omedeto Dhe-can, and good luck !
Wednesday, November 17, 2004
Ngomongin cowok yuk !
Saya rasa, tidak sedikit cewek-cewek Indonesia yang nge-fans dengan cowok Jepang. Banyak blogger penggemar 'dorama' yang tak sunkan memajang besar-besar foto artis kesayangannya. Tidak sedikit yang mengidamkan pergi ke Jepang untuk bertemu cowok pujaan. Cowok Jepang itu katanya cute gitu...
Sekedar nge-fans memang beda dengan mencari pasangan hidup. Tentu kriteria yang dicari dari partner nikah lebih 'berat' dari sekedar sebagai idola.
Merasakan sendiri perbedaan budaya Jepang dan Indonesia, lepas dari karakter fisik, memang terasa ada perbedaan karakter umum cowok Jepang dengan cowok Indonesia. Eniwei, apa yang saya tulis disini, adalah sekedar 'pandangan sempit', bukan sesuatu yang patut dipercaya begitu saja, apalagi dijadikan materi kuliah...
1. Budaya 'suami cari uang - istri urus anak' masih sangat terasa di Jepang ini. Meskipun belakangan jumlah wanita karir semakin banyak, sudah menjadi pandangan umum bahwa wanita yang sudah menikah biasanya akan segera berhenti dari pekerjaannya. Selain mahalnya harga tenaga baby-sitter, orang tidak biasa meminta tolong anggota keluarga untuk menjagakan anaknya. Takut mengganggu, sebaiknya dikerjakan sendiri. Memang efeknya, istri terkesan berfungsi sebagai pembantu rumah tangga: mengurus anak, memasak, membersihkan rumah. Suami biasa bekerja sampai malam, tidak perlu membantu mengurus rumah tangga. Mungkin dari sini, timbul kesan negatif 'istri diperbudak oleh suami'. Meskipun begitu, tidak sedikit suami yang (kelihatannya) mau bantu-bantu istri loh...
2. Cowok Jepang itu suka selingkuh ! Ini kesimpulan-naif-tanpa-pembuktian, melihat isi kolom konsultasi dikoran dan TV sebagian besar adalah ttg masalah orang ketiga. Profesi
detektif pun muncul karena maraknya kasus perselingkuhan. Di kereta, tidak jarang saya melihat bapak-bapak tidak malu-malu membaca komik porno. Sudah diketahui umum bahwa penggemar artis gurabia (model cewek dengan pose aduhai) sebagian besar adalah bapak-bapak setengah baya. Tentu saja, ini cuma kesimpulan tanpa dasar, soalnya, tidak semua cowok Jepang suka selingkuh, dan tidak cuma cowok Jepang yang suka selingkuh kan ?
3. Tipikal cowok muda Jepang biasanya pendiam dan tidak berani ngomong sama cewek (jangan-jangan karena takut sama saya ya... ?). Banyak yang lebih tertarik dengan anime, game, daripada bergaul cari pacar. Tidak sedikit teman saya orang Jepang yang 'tidak berminat' pacaran, dengan alasan konsentrasi ke pekerjaan. Maka, begitu sudah waktunya cari istri, banyak yang kelabakan mencari lewat gokon (beberapa anak muda kumpul bareng untuk saling mencari jodoh).
4. Kok dari tadi pendapat negatif melulu ya... bukan berarti karakter cowok Jepang tidak ada sisi baiknya loh... Rata-rata teman saya baik-baik kok. Banyak yang berpandangan jauh ke depan, hidupnya terencana gitu. Suka bekerja, jarang lihat orang Jepang menganggur dan jadi penjudi. Tidak sedikit yang bersedia berkorban demi memenuhi keinginan si cewek, misalnya bela-belain kerja part time sampai malam untuk membelikan hadiah sang cewek.
Sekali lagi, apa yang saya tulis ini cuma pendapat pribadi loh... Lagi pula, semua orang apapun kewarganegaraannya, pasti punya karakter masing-masing, positif maupun negatif.
Tambahan, sekedar saran konyol untuk anda yang berminat mencari pasangan hidup cowok Jepang: carilah orang yang bekerja di Indonesia, tapi dibayar dengan gaji Jepang. Supaya bisa menggaji pembantu dan baby-sitter... ;)
Friday, November 12, 2004
Saya pernah dengar, harus ada yang dibayar untuk mencapai kesuksesan. Saya belum merasa sukses, dan merasa masih banyak yang perlu saya bayar. Belakangan, saya menyadarinya di sela kesibukan menulis thesis saya, di antara tumpukan buku dan jurnal, di depan komputer yang makin membuat mata saya lelah. Kepenatan otak saya menggoda saya untuk iseng mengklik
friendster, yang saya rasa semua penghuni jagat maya sudah tahu, kecuali saya.
Invitation dari seorang teman membuat saya tak tahan untuk mengklik beberapa data dan foto teman lama, memandang keceriaan profesional2 muda.
Ah... kadang saya berpikir, apakah jalan yang saya tempuh ini benar...
Apakah 'harga' yang selama ini saya bayar akan sebanding dengan 'sukses' yang akan saya dapat...
Seandainya dulu saya tidak kukuh ingin berangkat ke negri ini...
Seandainya dulu saya tidak keluar dari lingkungan kerja di Jakarta...
Akan jadi seperti apakah saya sekarang ?
Thursday, November 11, 2004
Mengingat masa 18 tahun...
18 ? Aku lagi ngapain umur segitu yah ?
Mmm... kelas 3 SMA, yang jelas sih sibuk belajar buat UMPTN. Sekarang ga ada UMPTN ya ? Jadi SPMB ? Kok kedengerannya ga keren ya ? Tapi isinya sama kan ? sama susahnya ? sama setressnya ?
Ah... ga usah setress lah, santai aja... toh sekarang masuk univ. negri mahal juga... lulus belum tentu dapet kerjaan juga...
Pesimis ? ga tuh... cuman ngingetin aja, utk jadi orang kaya ga perlu masuk univ negri kok. trus utk jadi bahagia ga perlu jadi orang kaya kok. jadi, utk jadi bahagia ga perlu masuk univ. negri gitu...
Tapi bukan berarti aku ga bahagia loh... emang sih, kalo dulu ga masuk negri, belum tentu bisa ada disini sekarang... lagian, dulu bayarnya murah sih...
Trus, apa maksudnya ya ?
Ahh... aku tuh cuman pingin bilang, just be your self lah...
Sebelum UMPTN, dulu sempet sih daftar PPKB. Itu tuh, jalur tanpa tes. Keterima ? Ga dong, wong akhirnya masuk lewat UMPTN kok. Trus ? trus nangis... he he he... abis sedih, udah capek2 punya rangking bagus, eh ga keterima tanpa alasan yang jelas... Trus ? trus ya belajar buat UMPTN... trus keterima... bangun pagi-pagi beli koran di depan Hero Srengseng... eh namanya ada... ya seneng sih...
Tapi sekarang dipikir2 ada hikmahnya juga sih... hidup itu perlu kerja keras... emang sih ga tau sampe batas apa... tapi harus dijalanin dulu... ga boleh bilang 'ogah ah' kalo belom dicoba... tapi jangan sampe setress... ntar sakit... kalo sakit ga bisa apa-apa kan ?
Umur 18... mmm... baru dapet SIM, trus dibeliin mobil bekas buat ke kampus Depok. Mobil jelek, tua... suka mogok... he he he... tapi dulu sih seneng aja, mending naik mobil kan, daripada jalan kaki kepanasan...
Sekarang malah ga pernah nyetir lagi... ngapain ? naik kereta enak, praktis, ga perlu mikir mau parkir di mana... jalan kaki... biar sehat... biar kurus... ga usah ngurusin kapan ganti oli, ngurus radiator, gimana kalo mogok...
Trus... umur 18 itu mulai kuliah... seneng sih, ga usah pake seragam... tapi males banget ikut ospek... kuliah ternyata susah... mesti ngatur jadwal sendiri...
gimana nentuin jurusan ? dulu sih aku senengnya matematik, jadi pilihnya yang masih ada hubungannya gitu... maunya sih cari yang kalo udah lulus gampang cari kerja... tapi sekarang kalo dipikir2 sih, itu tergantung kamunya juga... lulusan fakultas ngetop kalo ga bisa kerja ya sama aja boong... lulusan fakultas ga populer tapi bisa dapet nobel, wah hebat kan ? apa ? impossible ? ga lah... asal kamu pede aja... kalo kamu ga percaya sama kamu sendiri, trus siapa dong ? aku ? jauhhh...
Trus... trus... apa lagi ya... Umur 18 sih aku banyak pacaran juga... belom boleh sama mama ? iya sih... tapi asal tanggung jawab sendiri gitu... sekolah beres, ga pulang malem-malem, apalagi pagi... ga main yang ga bener... u know lah... n ga nyoba-nyoba hal negatif, apalagi yang bikin ketagihan... kayak apa ? yah... tau lah... itu tuuhh...
udah ah... udah panjang... ga jelas pula...
eniwei, intinya adalah : enjoy aja umur 18 mu... kalo bisa dibagi sih, aku mau minta... he he he...
hepi bertdei, little sis...
Thursday, November 04, 2004
Susahnya cari kerja
Belakangan ini saya sering melihat orang-orang muda berpakaian rapi : setelan kemeja putih dengan jas hitam. Melihat tampang mereka yang masih culun itu, saya bisa mengenali mereka sebagai mahasiswa pencari kerja.
Di Jepang, proses mencari kerja butuh waktu super lama. CV harus mulai disiapkan sejak setahun sebelum kelulusan. Dan tidak hanya CV yang diperlukan, pakaian untuk cari kerja pun harus disiapkan khusus, disebut sebagai recruit-suit. Termasuk dengan aksesori pelengkap seperti tas dan sepatu. Harga suit ini sekitar 20000 - 50000 yen (1 yen sekitar 80 rupiah). Harga ini tentu tidak murah untuk kantong mahasiswa.
Sebelum dapat kepastian diterima, ada beberapa step yang harus dilalui :
1. Seminar masing-masing perusahaan. Di sini akan diterangkan informasi perusahaan tsb. Sejarah pendirian, bidang usaha yang dilakukan, dan orang seperti apa yang dibutuhkan oleh perusahaan. Seminar ini sebenarnya tidak wajib dihadiri, tapi tidak jarang perilaku si pelamar sudah diamati sejak seminar ini. Di seminar ini akan diumumkan langkah perekrutan selanjutnya. Tentu saja kalau merasa tidak cocok, boleh tidak melanjutkan pelamaran.
2. Pengajuan CV. CV disini berbeda dengan yang biasa ditulis di Indonesia. Tidak bisa ditulis pakai komputer, harus ditulis tangan. Mungkin dari tulisan kanjinya ketahuan pribadi pelamarnya kali... Formnya pun tidak memakai kertas biasa. Harus pakai lembaran khusus CV. Yang menarik, selain data pribadi & riwayat pendidikan, ada juga kolom alasan kenapa mau melamar ke perusahaan tsb, hobi, spesialisasi (misalnya jago nyanyi, nari), pelajaran yang disuka dan alasannya, dll.
Hal lain yang tidak kalah penting : pas foto. Banyak mahasiswa menghabiskan uang cukup banyak demi memperoleh image meyakinkan. Tak jarang diadakan photo session di kampus, dengan mengundang photographer profesional, lengkap dengan seminar bagaimana berpose, cara tersenyum, tata cara make-up untuk yang cewek, demi menghasilkan figure yang OK. Katanya sih, sebelum melihat riwayat hidup, nasib pelamar ditentukan oleh fotonya...
2. Tes tertulis. Tes ini bermacam-macam jenisnya. Sebagian besar berupa tes matematika dan bahasa Jepang. Untuk perusahaan konsultan ada yang mengeluarkan tes logika. Dari bacaan yang cukup njelimet, diajukan pertanyaan berkaitan dengan bacaan tersebut. Perusahaan asing tidak sedikit yang mengeluarkan tes bahasa Inggris. Ada juga perusahaan yang mengajukan soal seperti tes IQ. Buku tentang strategi menghadapi tes-tes ini, tidak kalah jumlahnya dengan buku tes UMPTN loh. Tes bahasa Jepang yang dikeluarkan adalah untuk orang Jepang, mengerti soalnya saja sudah bagus. Pengalaman saya, bagian bahasa selalu saya lewati...
3. Ada beberapa perusahaan yang mengadakan seleksi lewat group discusion. Beberapa pelamar harus mendiskusikan suatu topik, biasanya berkaitan dengan bidang usaha perusahaan.
4. Wawancara, minimal dua kali. Di Jepang, bidang usaha yang dilamar boleh beda dengan jurusan di universitas, jadi biasanya tidak ditanyakan hal-hal teknis yang spesifik. Lulusan ekonomi dan lulusan teknik boleh melamar ke perusahaan IT, dan tidak ditanyakan tentang kemampuan pemrograman. Pertanyaan yang diajukan biasanya seputar kepribadian si pelamar, misalnya kegagalan dalam hidup dan cara mengatasinya, kenapa mau bekerja di bidang tertentu, apa yang menjadi prioritas hidup, dll.
Rata-rata orang Jepang perlu keliling 20 perusahaan sebelum diterima. Angka ini akan bertambah banyak untuk mahasiswa asing, karena tidak banyak perusahaan Jepang yang mau terima orang asing dengan kemampuan bahasa terbatas. Belum lagi untuk wanita, apalagi yang sudah menikah, harus benar-benar giat memasukkan lamaran kalau benar-benar ingin kerja di Jepang.
Untuk mencari data perusahaan, yang paling umum digunakan adalah lewat internet (rikunabi, nikkei). Beberapa ada yang mengkhususkan diri untuk orang asing. Selain itu, Hello Work, agen pencarian kerja milik pemerintah Jepang juga menjadi alternatif.
Musim pencarian kerja ini berlangsung sekitar November sampai Agustus, untuk kelulusan bulan Maret tahun berikutnya. Biasanya, ada kurun waktu tertentu untuk masing-masing bidang perusahaan. Misalnya, perusahaan kimia & obat mulai membuka lowongan pada bulan November-Desember. Lalu dilanjutkan dengan perusahaan konsultan pada bulan Januari. Perusahaan maker seperti pembuat mobil dibuka pada bulan Maret-April. Begitu juga perusahaan IT. Kalau lancar, mulai dari awal seminar sampai pemberitahuan diterima butuh waktu sekitar tiga bulan.
Proses cari kerja ini adalah untuk calon lulusan baru dari universitas di Jepang. Yang paling diperlukan tentu saja adalah kemampuan bahasa Jepang. Japanese Language Proficiency Test disarankan setara level 1 (menguasai 2000 kanji dan 10000 kosakata) . Selain itu, siap mental, siap waktu, dan siap uang.
Catatan: proses ini adalah untuk calon lulusan baru. Kalau lulusan lama, prosedurnya lain lagi, dan saya belum tahu karena lulus saja belum...
Wednesday, November 03, 2004
How do you spend your holiday ?
Kalau saya, leyeh-leyeh di taman sambil baca buku dan ngemil... mmm...
Damai di bumi... paling tidak di Shinjuku Gyoen
Main gelembung sabun, yuk !
Sst... jangan bilang-bilang ya...
Salah satu bagian taman
Bunga ga tau namanya
Ini di tengah kota, loh...
Buat yang jago fotografi, kasih tau dong caranya bikin foto yang bagus...
Monday, November 01, 2004
Orang Jepang = Disiplin
Mungkin banyak yang mengasosiasikan seperti itu.
Kalau saya ditanya apakah pernyataan di atas benar, saya akan jawab : sedikit benar. Bukan berarti lebih banyak tidak benarnya loh. Untuk yang tahu teori fuzzy, pernyataan tsb tidak crisp benar / tidak benar, tapi sedikit lebih 'lunak' dari benar.
Maksud saya begini :
Orang Jepang terkenal sangat tepat waktu. Kalau anda janjian dengan orang Jepang, usahakan jangan sampai terlambat. Kalau bisa datanglah lebih awal. Kalau akan telat, telponlah dahulu.
Dengan asumsi ini, saya perkirakan semua kursi akan penuh sebelum kuliah dimulai. Pada kenyataannya (atau ini hanya di univ saya saja ?) kuliah hampir selesai pun masih ada Jepun yang mengendap2 mencari kursi kosong. Sama dengan Ind kan ?
Tapi tenang saja, saya tidak bilang asumsi awal tadi salah kok. Pelayanan umum saya akui amat sangat tepat waktu. Penghitungan jadwal kereta dan bis umum sudah memperkirakan faktor penghambat, seperti kemacetan. Dan tentu saja, bis tidak bisa diberhentikan di tempat yang semestinya. Tapi bukan berarti tidak ada orang yang parkir sembarangan. Di sekitar stasiun, saya sering melihat kendaraan yang ditempeli karcis tilang salah parkir. Mobil, motor, dan terutama : sepeda. Memang, di sini mau parkir sepeda pun ada tempatnya.
Tidak seperti di
Perancis (sori ya, ini pengamatan pribadi loh !), lampu merah untuk pejalan kaki dipatuhi, orang tidak menyebrang kalau lampu merah menyala, meskipun tidak ada mobil yang lewat. Tapi kadang-kadang ada juga kok yang melanggar, terutama kalau Jumat malam dan bau alkohol menyebar kemana-mana.
Buang sampah rumah tangga, tidak bisa sembarangan. Harus dipilah dulu, mana sampah yang bisa dibakar, mana yang tidak. Mana yang terbuat dari kaleng, mana yang dari gelas. Ada hari-hari tertentu untuk membuang sampah tsb. Repot ? Makanya kadang-kadang ada saja yang (sengaja) salah hari, atau malas memisah-misah.
Dan yang jelas mengagumkan adalah kedisiplinan birokrasi, seperti pelayanan pemerintahan. Untuk mengurus KTP dan sejenisnya sudah jelas berapa biaya dan waktunya. Tidak perlu menyelipkan amplop, karena nanti akan dikembalikan, dikira barang ketinggalan. Tapi apa tidak ada orang yang korupsi ? Ada dong, ada saja berita pengunduran diri direktur perusahaan anu karena kasus duit.
Jadi begitu jawaban-berdasarkan-pengamatan saya. Orang Jepang juga manusia kok, lumrah berbuat salah sedikit. Ada saja yang berbuat tidak disiplin. Tapi secara keseluruhan, kedisiplinan mereka patut diacungi jempol. Tidak salah kalau kita contoh.
NB: Untuk
Mas Imponk, semoga terjawab keingintahuannya...