daun singkong
tentang jepang dan indonesia
di mata seorang penggemar sayur daun singkong
Monday, September 26, 2005

Pulangkan saja aku...

Sit up dulu ah...Tenang.... bukan saya yang minta pulang. Itu judul artikel yang saya baca di koran Asahi pagi tadi. Judul lengkapnya, Pengantin dari Meksiko, Shuan Shuan : Pulangkan saja aku. Isinya tentang Shuan Shuan, seekor panda betina berumur 18 tahun, yang 'dipinjam' dari Meksiko dan harus dipulangkan kembali ke negaranya karena waktu kontraknya sudah habis.

Shuan Shuan ini dikontrak 2 tahun untuk dikawinkan dengan Rin Rin, panda jantan satu-satunya penghuni kebun binatang Ueno Tokyo, dengan tujuan menghasilkan panda generasi berikutnya. Tapi ternyata, meskipun sudah dilakukan beberapa kali inseminasi buatan, Shuan Shuan tidak juga bisa hamil. Karena inseminasi buatan kali...

Si jantan Rin Rin, sebelumnya pernah dikirim ke Meksiko untuk 'menghamili' tiga ekor panda betina yang ada di kebon binatang Meksiko, tapi usaha ini gagal. Padahal umurnya 'masih' 20 tahun loh. Masih ngaku jantan gitu ? hi hi hi...

Panda katanya termasuk binatang yang susah bereproduksi. Yang betina hanya bisa 'panas' beberapa hari dalam satu tahun, sedangkan yang jantan sering 'gagal bereaksi'.

Menurut yang ditulis di koran, jumlah giant panda yang ada di dunia cuma tinggal 160 ekor. Sebagian besar dimiliki oleh Cina, sedangkan yang dimiliki oleh negara lain hanya 5 ekor: 3 ekor ada di Meksiko, 1 ekor di Jerman, dan satu lagi ya si Rin Rin itu. Semua panda yang dimiliki Cina, kalau memiliki keturunan, keturunannya juga akan menjadi milik Cina.

Di kebun binatang lain di Jepang ada juga 8 ekor panda lainnya, tapi semuanya adalah pinjaman dari Cina. Jadi, kalaupun bisa punya keturunan, harus dikembalikan ke Cina.

Giant panda yang ada di Ueno merupakan popular figure, sehingga banyak oleh-oleh seperti biskuit dan boneka yang dibuat berbentuk panda. Jadi setelah Shuan Shuan pulang, mungkin nggak cuma Rin Rin yang kesepian, tapi juga pengunjung kebun binatang, dan penjual oleh-oleh...

Sekian, ringkasan berita yang saya baca tadi pagi di kereta sambil senyum-senyum.
Sunday, September 18, 2005

Telepon

Di kantor saya, hanya ada seorang mbak yang bertugas mengurusi administrasi, sekaligus menjadi penjawab telepon dan resepsionis. Berhubung di kantor saya lebih banyak karyawan yang 'keluar' ke tempat client daripada yang 'stay' di kantor, tidak banyak orang yang bisa mengangkat telepon masuk. Padahal, dalam 'etika perkantoran' di Jepang, setiap telepon masuk sebaiknya diangkat sebelum berdering tiga kali. Lebih dari itu, kita harus minta maaf kepada si penelepon karena membiarkan menunggu.

Dari sedikit orang yang ada di kantor, sebagian besar adalah para manager yang sepertinya 'terlalu sibuk' untuk mengangkat telepon. Jadilah kami-kami yang anak baru harus inisiatif membantu mbak resepsionis mengangkat telepon, terutama kalau si mbak sibuk dengan telepon lain atau sedang tidak ada di tempat.

Sebenarnya saya malezz banget ngangkat telepon di kantor. Bukan karena saya sok sibuk, tapi karena kadang-kadang saya suka nggak kedengeran apa yang dikatakan si penelepon. Lagi pula, tata cara mengangkat telepon kantor dalam bahasa Jepang cukup merepotkan untuk diingat.

Jadi begini.

Pertama, begitu telepon berdering, harus diangkat dengan sigap sambil menyebut nama perusahaan. Misalnya,

(telepon) kring... kring...
(saya) "Haik ! di sini perusahaan xx."

Lalu, penelepon akan menyebut nama dan perusahaan tempat dia bekerja. Kalau yang menelepon karyawan kantor sendiri, harus dijawab dengan "Otsukare sama desu !", yang artinya kira-kira " Selamat capek ! ". Maksudnya, selamat karena anda sudah bercapek-capek bekerja. Aneh ? Maaf deh, soalnya saya nggak ketemu terjemahan yang lebih pas.

Sedangkan kalau yang menelepon adalah orang dari perusahaan lain, harus dijawab dengan "Itsumo osewa ni natteorimasu !", yang artinya kira-kira "Maaf, kami sudah/akan menyusahkan anda !" Kata-kata ini berlaku untuk semua penelepon asing, termasuk sales. Meskipun sebenarnya justru mungkin kita yang akan disusahkan orang jualan.

Setelah basa-basi itu, baru si penelepon menanyakan orang yang ingin ditelepon. Kalau yang dituju ada di kantor, nggak masalah karena bisa langsung disambungkan. Tapi kalau tidak ada, harus ditawarkan agar si penelepon meninggalkan pesan, dan bisa ditelepon kembali.

Masalahnya, banyak orang Jepang yang gaya bicaranya sangat cepat, sampai saya tidak bisa menangkap apa yang diomongkan. Waktu menyebut nama, masih untung kalau namanya familiar di telinga. Tidak jarang orang menyebut nama aneh yang bikin lidah keseleo. Belum lagi banyak perusahaan yang namanya puanjang sekali. Sudah namanya aneh, perusahaannya nggak jelas, susah-susah mengingat pesan panjang-panjang ternyata cuma orang yang menawarkan barang, alias sales.

Terima telepon dalam bahasa Inggris pun tidak kalah repotnya. Dan lagi, orang-orang di kantor saya banyak yang 'takut' terima telepon dalam bahasa Inggris. Jadi biasanya, begitu yang didengar kata-kata "Hello... ", langsung teleponnya dioper ke saya.

Suatu hari, teman saya mengangkat telepon dari seseorang yang minta disambungkan dengan manager. Tapi karena dalam bahasa Inggris, manager menyuruh saya menanyakan apa keperluannya terlebih dahulu. Begitu diangkat, si penelepon berkata begini

(si penelepon) "Hello... Saya zz dari kantor zz. Saya mau nanya, apakah kantor anda pernah menangani proyek di bidang retail ?"
(saya) "Ya, tentu saja."
(si penelepon) "Kalau begitu, siapa orang paling bagus yang bisa bahasa Inggris di situ ?"

saya diam saja, karena mikir siapa yang paling bagus yang ada di kantor.
Mungkin karena tahu saya bingung, si penelepon langsung meneruskan tanya "Apakah anda seorang IT engineer ?"
(saya) "yes...", sambil nebak-nebak ini telepon maksudnya apa.
(si penelepon) "Bahasa Inggris anda cukup bagus. Apakah anda orang Jepang ?"
(saya)"bukan..."
(si penelepon) "Nama anda ?"
(saya) "Emiliana."
(si penelepon) "Well, Emiliana. Kami adalah perusahaan yang merekrut IT Engineer top di seluruh Jepang, terutama mereka yang bisa bicara bahasa Inggris... bla bla bla..."

Saya baru ngerti, ternyata telepon itu dari perusahaan head hunter.

(saya) "Waduh mas, maaf saja, saya masih baru masuk di sini. "
(mas hh: head hunter) "Iya saya ngerti kalau anda masih ingin membangun karir di perusahaan sekarang. Tapi bagaimana dengan tantangan menarik di masa depan ? Bagaimana dengan dua tahun lagi ? ... bla bla bla..."
(saya) "Lah mas, kalau begitu ya saya pikir dua tahun lagi aja ah... "
(mas hh) "Anda tidak mengerti... kami hanya berminat pada orang yang paling top di perusahaan. Seperti anda.
(saya) "Iya, saya ngerti. Begini aja deh, mas. Mas kirim saja email ke kami, siapa tahu ada orang sini yang berminat. Alamat emailnya : xx@xx.com
(mas hh) "Wah, kami tidak mengirimkan email ke alamat kantor. Sekali lagi, kami hanya menghubungi orang yang berkualitas saja... bla bla bla... tolong beritahu alamat email pribadi anda."
(saya) "Wah kalau itu sih maaf saja, mas. Saya tidak bisa memberikan alamat saya pada sembarang orang."
(mas hh) "Kami bukan sembarang orang. Kami menawarkan opportunity besar pada anda... bla... bla... bla..."
(saya) "Iya mas, tapi maaf ya, sekarang saya lagi banyak kerjaan. Gini aja deh, mas tinggalin nama dan email, nanti kalau suatu waktu saya butuh kerjaan, saya hubungi."
(mas hh) "Ok, email saya di... , tapi percayalah kami bla... bla... bla..."
(saya, menghela nafas) "Terima kasih sudah menelepon." klik, telepon ditutup.

Orang paling jago ? Kenal aja nggak, kok situ tahu sini paling top ?
Sunday, September 11, 2005

Kembang api

Musim panas berarti kembang api. Biasanya sepanjang bulan Juli - Agustus, kalau ada banyak mbak-mbak pakai yukata (sejenis kimono untuk musim panas), kalau bukan karena ada pasar malam, tandanya bakal ada pertunjukan kembang api di suatu tempat. Tinggal ngikut saja, kalau sudah ketemu kerumunan orang di pinggir pantai, lapangan, atau tanah luas, duduk bergerombol sambil kipas-kipas dan minum bir kaleng... nah, ditunggu saja.

Tapi jangan harap bisa dapat tempat duduk kalau datang menjelang malam. Biar kembang api baru dimulai jam 7 malam, biasanya orang mulai 'ngetek' pesan tempat sejak siang hari. Tikar plastik digelar, dipatok keempat sudutnya, lalu ditulisi nama pemilik. Kadang-kadang di pertunjukan besar, tempat terbaik untuk menonton kembang api dikhususkan untuk VIP. Boleh duduk di situ, asal bayar. Kalau nggak mau bayar dan nggak mau pesan tempat sejak siang, ya silahkan nonton sambil berdiri. Pertunjukkan kembang api besar di sekitar Tokyo, biasanya berlangsung sekitar satu jam. Lumayan juga kan, kalau berdiri selama itu...

Mungkin saking gemarnya orang Jepang dengan kembang api, orang berlomba-lomba membuat kembang api termegah & terbesar di Jepang. Di stasiun kereta, disebar selebaran berisi jadwal pertunjukan kembang api, dan pasti ada saja yang mengaku 'nomor satu' se-Jepang. Kabarnya malah ada simposium internasional kembang api, yang disponsori oleh asosiasi artis kembang api Jepang.

Tahun-tahun awal tinggal di Jepang, saya masih semangat kalau diajak teman nonton kembang api. Bela-belain pergi ke tempat pertunjukan sejak jam makan siang, meskipun tempatnya super jauh dan matahari musim panas yang garang bikin kulit saya tambah gelap. Pertunjukan selama satu jam bisalah menghapus rasa jenuh menunggu setengah hari. Tapi persoalannya muncul setelah itu: kendaraan pulang selalu penuh !

Iyalah, bayangkan saja kalau separuh penghuni Tokyo nonton kembang api. Waktu siang sih kereta tidak terlalu penuh, karena orang datang pada jam yang berbeda-beda. Tapi begitu pertunjukan selesai, semua orang serentak berdiri, buru-buru merapikan tikar, dan berlari menuju stasiun.

Pernah suatu kali selesai nonton kembang api di Odaiba dengan 3 orang teman Indonesia, kami berjalan menuju stasiun terdekat. Perjalanan ke apartemen tempat saya tinggal butuh waktu sekitar 2 jam, sedangkan pertunjukannya sendiri selesai jam 8 malam. Tapi ternyata, antrian masuk ke stasiun, bukan antrian naik kereta, sudah dimulai dari jarak sekitar 3 km dari stasiun. Wuah, langsung saya dan teman-teman merasa panik. Nggak lucu aja kalau kita cewek-cewek ini harus nginap di jalan karena nggak dapat kereta pulang. Jadwal kereta terakhir jam 12 malam, berarti kami harus sudah masuk kereta jam 10 malam. Padahal melihat antrian super padat, nggak yakin deh bisa dapat kereta sesuai jadwal.

Karena kebat-kebit takut tidak bisa pulang, seorang teman memberanikan diri 'menyalip' sekelompok nenek di depannya. Apalagi nenek-nenek itu terlihat santai tidak terburu-buru. Eh, ternyata dimarahi. Parahnya, nenek-nenek itu mendengar kami bicara bukan dengan bahasa Jepang, jadi keluarlah kata-kata "Dasar orang asing ! Orang mana sih kalian ?" Waduh ! Dengan muka merah, teman saya langsung bohong menyebut negara lain, sambil menarik kami lari ke stasiun lain yang lebih jauh.

Ternyata di stasiun lain pun kami harus ngantri juga. Lebih parah lagi, begitu akhirnya kami sampai di pintu tiket stasiun, orang-orang tiba-tiba panik dan mulai saling mendorong. Huah, saya nggak menyangka keadaan seperti itu terjadi di Jepang. Seperti jaman ospek dulu di Indonesia, waktu mahasiswa baru dikumpulkan di aula, digencet dan dibentak-bentak sama senior :).

Akhirnya memang kami bisa juga sampai tempat tinggal masing-masing, meskipun harus lari-lari mengejar kereta. Sekarang sih, saya malas kalau diajak nonton kembang api, mengingat transportasi pulang yang bikin lupa romantisnya kembang api.

Tapi saya beruntung, di dekat tempat tinggal saya ternyata ada juga yang mempertontonkan kembang api, meskipun hanya 15 menit. Enaknya, saya nggak perlu pergi kemana-mana, cuma tinggal duduk di beranda. Pertunjukan kembang api ekslusif di depan mata. He he...

Tahun ini pun, saya menunggu-nunggu pertunjukan 15 menit ini. Masuk bulan September, saya mulai merasa kecewa. Saya pikir saya ketinggalan menonton, karena tahun lalu sepertinya kembang api diadakan di bulan Agustus. Eh, hari Selasa lalu, ada selebaran diselipkan di kotak pos saya. Isinya, pemberitahuan akan diadakan pertunjukan kembang api hari Minggu, dan permintaan maaf mengganggu ketenangan lingkungan akibat suara kembang api yang berdentum keras.

Ah, buat saya sih ndak apa-apa sedikit ribut, toh bisa menonton kembang api gratis tanpa harus deg-degan nggak bisa pulang.
Saturday, September 10, 2005

Wajah baru

Akhirnya tampilan baru selesai juga. Awalnya hanya iseng untuk mengisi cuti, ternyata butuh waktu lebih dari 2 minggu sampai saya berani memperkenalkan desain baru ini ke dunia maya.

Desain ini tidak sempurna, tentu saja. Saya tunggu kritik dan saran dari anda-anda yang lebih jago soal css dan sejenisnya.
kategori tulisan lama

kumpulan foto

Shopping yuk !

Satu Cinta Lingerie Apa Impian Anda ?

shoutbox

sponsor & link

Powered by Blogger
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com
BlogFam Community
blog-indonesia
Get Firefox!
JANGAN ASAL COPY PASTE..

email me
created by emiliana dewi aryani
@ 2004 - 2011