daun singkong
tentang jepang dan indonesia
di mata seorang penggemar sayur daun singkong
Sunday, October 16, 2005

Alegria, sirkus tanpa singa.

Saya tidak ingat kapan terakhir kali nonton sirkus live. Mungkin dulu pernah waktu kecil, nonton sirkus dalam tenda biru (duh, Desi Ratnasari banget... **jadul mode on). Tapi mungkin saya hanya nonton di TV. Lupa.

Yang pasti dalam ingatan saya, sirkus itu biasanya dimulai dengan munculnya om pembawa acara yang selalu pakai jas berbuntut panjang dan topi tinggi. Disusul badut berhidung merah, berperut buncit, berambut keriting. Lalu ada yang berakrobat di antara ayunan super tinggi di atas sana, yang kalo tidak salah disebut dengan flying trapeze. Pertunjukan juggling beberapa bola, kadang-kadang diganti dengan kayu berapi. Dan yang selalu ada, pertunjukkan binatang. Sekumpulan anjing puddle yang berjalan dengan dua kaki, gajah yang duduk dengan manis menuruti pecut perintah manusia, dan singa yang 'beraksi' memamerkan aumannya.

Minggu lalu, karena melihat iklan pertunjukan cirque du soleil di TV, saya jadi sangat tergoda melihat pertunjukan 'Alegria 2' , yang dengar-dengar bisa membuat penontonnya sangat takjub terpesona. Cirque du Soleil sendiri merupakan perusahaan entertainment asal Kanada. Tidak semua negara beruntung dapat kunjungan sirkus ini. Jadi saya pikir, kapan lagi...

Awalnya, sebenarnya saya sempat menyerah karena beberapa tour agent mengatakan tiket pertunjukan ini sudah terjual habis, apalagi pertunjukan hari Sabtu & Minggu yang populer. Jumat siang, iseng-iseng saya mampir ke convenience store di lantai basement gedung kantor. Ternyata ada mesin penjual tiket pertunjukan di sana, yang terhubung online dengan pusat penjualan tiket resmi. Aha ! Meskipun tiket untuk kursi-kursi terbaik sudah habis, ternyata masih tersedia tiket kelas rendah dengan harga lebih murah, untuk hari itu juga. Beruntung manager mengijinkan saya meninggalkan kantor lebih cepat. Walaupun beliau tidak tahu, alasan saya pulang cepat adalah untuk nonton sirkus... :-)

Anyway, kesan saya pertama ketika melihat lokasi pertunjukan : tendanya tidak biru, dan tidak tercium bau binatang seperti image saya tentang tenda sirkus. Memang ada tenda besar di sana, tetapi warnanya putih dan terkesan elegan.

Acara dimulai tepat pukul 7 malam. Tidak ada om pembawa acara yang berjas panjang. Yang ada, sekelompok orang berpakaian aneh, memainkan musik orkes tanpa penyanyi, dan berkeliling di bangku penonton. Kadang-kadang ada penonton yang dijahili, entah diajak berdansa atau dikejutkan dengan bunyi amat keras. Di depan gerombolan pemusik ini, ada seorang laki-laki tua, berjalan bongkok dengan punggung membuncit. Laki-laki ini kemudian bertindak sebagai pemimpin sirkus, memandu beberapa pemuda yang menyiapkan peralatan, dan menyilahkan artis menampilkan pertunjukannya masing-masing. Uniknya, sang pemimpin ini sama sekali tidak berbicara sepatah kata pun. Semua hanya berupa gerakan tubuh, tapi dapat dengan mudah dimengerti.

Seperti layaknya sirkus, pertunjukkan akrobat adalah menu utama. Flying trapeze, pertunjukkan orang makan api, akrobat keseimbangan, dan kelenturan tubuh. Keistimewaannya, semua pertunjukkan tidak hanya dilakukan oleh satu orang saja.

Dua orang cowok ganteng dengan pakaian yang bikin cewek kesengsem menampilkan tarian dengan tongkat berapi dan beberapa kali tampak menelan api dari tongkat tersebut. Dua orang cewek dengan kostum sangat artistik mempertunjukkan kelenturan badan yang membuat penonton tak berhenti bergumam "Wow !" Beberapa kali terdengar gumaman penonton menanyakan apakah yang di panggung itu benar-benar manusia. Akrobat keseimbangan, tiga orang bersalto di atas selembar papan lentur yang hanya selebar satu telapak kaki.

Hebatnya, semua pertunjukkan ini disuguhkan seirama dengan lantunan music live yang dilagukan seorang wanita berkostum seperti boneka. Suara indah membuat penonton serasa dalam opera, dan didukung musik yang sempurna, makin membuat dada berdebar melihat pertunjukkan tujuh orang ber-flying trapeze di atas ayunan tinggi. Dan semua pemain benar-benar menyatu dengan lagu yang dilantunkan, benar-benar harmonis, indah tetapi mendebarkan.

Pertunjukkan keseimbangan, tidak hanya sekedar berjalan di atas tali yang terbentang di antara dua tiang tinggi, tapi juga berdiri di atas tangga di atas tali tersebut. Ada pula pertunjukan seorang laki-laki yang seperti terbang hampir menyentuh langit-langit tenda, berakrobat mengikuti irama tali elastis yang terikat di tangannya. Tidak ketinggalan beberapa badut, tetapi tidak berperut buncit meskipun tetap berhidung merah, menyajikan adegan lucu sambil terkadang menjahili beberapa penonton.

Satu lagi yang lain dari pertunjukkan sirkus biasa, tidak ada binatang yang ditampilkan di sini. Tidak ada singa, gajah, atau anjing puddle. Mungkin sudah tidak jamannya manusia menunjukkan kekuasaannya menggunakan pecut pada binatang.

Meskipun dalam pertunjukkan tidak ada pemandu acara yang berbasa-basi mengagung-agungkan kehebatan para artis, semua pertunjukkan disajikan mengalir dengan indah, dan didukung dengan kostum artistik yang membuat penonton kagum melihatnya. Bahkan orang-orang yang bertugas menyiapkan peralatan akrobat pun berdandan seperti peri dari negeri dongeng.

Pertunjukkan selama dua jam diselingi istirahat setengah jam di tengahnya mampu membuat saya sejenak terbawa ke dunia ajaib. Saya rasa, kata-kata yang saya tulis diatas tidak cukup menggambarkan betapa menakjubkannya pertunjukkan yang saya lihat Jumat kemarin. Dan saya tahu, image saya tentang sirkus berubah sama sekali.

Video klip tentang pertunjukkan ini, bisa dilihat di sini.
Gambar diambil dari hp Cirque du Soleil.
Sunday, October 02, 2005

Ah... Bali...

Bisa dibilang, iklan master card yang ditayangkan di TV Jepang adalah iklan favorit saya. Tentang sepasang suami istri setengah baya yang merayakan ulang tahun perkawinan perak mereka dengan berbulan madu ke Bali. Adegan sang suami yang tersenyum bahagia melihat sang istri terkagum-kagum dengan pemandangan cottage yang mereka sewa. Adegan sang suami yang dengan sabarnya menemani sang istri berbelanja sepasang baju batik untuk mereka berdua. Dan yang paling saya suka, adegan mereka berdua naik motor sewaan di sepanjang sawah terasering.

It's very very sweet, and the situation is very very Bali... situasi yang saya rasakan familiar di hati saya.

Sampai ketika pagi ini, ketika mata saya masih terlalu malas untuk membuka, otak saya masih terlalu malas berpikir. Berita di TV pagi ini menampilkan kabar utama yang membuat dada saya (kembali) sesak.

Ah...

Kamis malam kemarin baru saja saya bertemu seorang Jepang, yang dengan mata berbinar-binar menceritakan kisah liburannya ke Bali. Tentang bagaimana nikmatnya merasakan lambatnya kehidupan di Bali, tanpa perlu bergegas mengejar waktu seperti di Tokyo. Tentang keinginannya belajar bahasa Indonesia agar suatu saat bisa tinggal lebih lama di Bali.

Ah... masihkah dia berkeinginan sama sekarang ?

NB: Iklan master card yang saya maksud bisa dilihat di homepage ini, klik saja link QuickTime / WindowsMedia.
kategori tulisan lama

kumpulan foto

Shopping yuk !

Satu Cinta Lingerie Apa Impian Anda ?

shoutbox

sponsor & link

Powered by Blogger
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com
BlogFam Community
blog-indonesia
Get Firefox!
JANGAN ASAL COPY PASTE..

email me
created by emiliana dewi aryani
@ 2004 - 2011