daun singkong
tentang jepang dan indonesia
di mata seorang penggemar sayur daun singkong
Thursday, September 30, 2004

Suara wanita itu...

Suara wanita itu terkadang menyamankan hati, kalau bernada lembut. Membuat terangkat sampai ke awang-awang, kalau bernada merayu. Tapi bisa bikin kuping merah, kalau kedengarannya seperti gosip... dan lain lain, dan lain lain.

Eniwei, kemarin teman saya orang Bosnia meminta tolong saya. Dia butuh pas foto, dan tak tahu cara mengoperasikan mesin foto otomatis yang ada di koperasi kampus. Sambil menunggu di luar box foto, cukup jelas terdengar suara "mbak" yang memberi petunjuk pengoperasian. Maksud saya, bukan mbak penjaga mesin beneran yang menunggu di dalam mesin lalu memberi petunjuk, tapi suara rekaman. Selesai berfoto, teman Bosnia mengeluh bahwa suara "mbak" itu tinggi dan bikin sakit kepala, terutama karena dia ga ngerti si Mbak ngomong apa. Selama ini saya merasa suara rekaman itu cukup membantu. Karena saya tidak perlu membaca petunjuk pemakaian yang entah ditempel di mana. Tapi lain halnya kalau ga ngerti maksudnya ya...

Di Jepang cukup sering terdengar mesin bersuara wanita. Di mesin ATM, dari mulai ucapan selamat datang, perintah memasukkan password, sampai ucapan terima kasih. Juga mesin penjual tiket kereta di stasiun. Di lift. Bahkan di eskalator pun, ada mbak-mbak yang senantiasa mengucapkan "berhati-hatilah terhadap kaki anda. Terutama terhadap kondisi licin di hari hujan". Suara pengumuman di dalam kereta juga suara wanita, kecuali kalau masinisnya lagi ga males ngomong.

Panduan dengan suara saya rasa akan banyak membantu mereka yang penglihatannya kurang baik. Asal jangan sampai membuat pendengarnya terlena dan lupa tujuan awalnya saja...

Wednesday, September 29, 2004

Detektif

Majalah "Orange Page" keluaran September 2002 yang saya pinjam dari perpustakaan memuat artikel menarik tentang detektif. Kalau dulu kita hanya mengenal dunia detektif lewat novel ataupun komik, saat ini profesi detektif (setidaknya di Jepang) sudah menjadi alternatif karir.

Berbeda dari tokoh detektif Sherlock Holmes, Trio Detektif, atau Conan yang sebagian besar mengurusi misteri pembunuhan, detektif di dunia nyata ternyata lebih banyak mengurusi masalah rumah tangga. Sebagian besar adalah kasus perselingkuhan pasangan atau penguntitan (stalker). Tentu saja, yang menjadi konsumen bisnis ini adalah wanita, yang merasa kesulitan jika masalahnya diketahui orang lain. Yang menarik, detektifnya sendiri pun sebagian besar adalah wanita, dengan alasan kepekaan terhadap sesama wanita. Alasan lain yang tak kalah penting adalah 'insting' wanita yang (katanya) tajam, terutama jika membaui perselingkuhan kaum pria. He he he...

Wawancara dalam majalah yang saya baca menyebutkan, sebuah kantor detektif yang memiliki profesional 20 orang, setengahnya adalah wanita, dan 90% kliennya adalah wanita. Tentu saja, mereka juga melengkapi diri dengan alat-alat canggih seperti penyadap suara dan telepon genggam berkamera (majalah ini keluaran 2 tahun lalu, seharusnya saat ini sudah sangat berkembang).

Jadi hati-hati kalau anda-anda yang sedang menikmati perselingkuhan, tiba-tiba merasa selalu dikuntit wanita cantik yang bisik-bisik di telepon gengam berkamera !

Gambar : iklan jasa detektif yang saya dapatkan dari majalah lainnya: penerima best detektif award 2003. Bersedia mengumpulkan bukti yang diperlukan dan menyediakan konsultasi gratis khusus wanita (terjemahan bebas, sebebas-bebasnya oleh saya).
Sunday, September 26, 2004

Sampah kiriman

Hari ini saya mendapat kiriman sampah dari teman saya yang akan pulang kampung ke Jerman. Lap sana, lap sini, cek sana cek sini, pencet sana pencet sini, masih berfungsi semuanya. Jangan curiga dulu, kiriman yang saya terima ini adalah microwave oven dan vacum cleaner. Eh, kok sampah ?

Di Jepang, barang elektronik yang sudah tidak dipakai lagi dan akan dibuang disebut bodai gomi : sampah besar. Membuang sampah ini tidak boleh sembarangan, harus menghubungi recycle center atau produsennya. Selain itu, juga diperlukan sejumlah uang untuk membuangnya, tergantung pada jenis dan besar barang tsb. Untuk membuang TV ukuran 14 inch, perlu membayar sekitar 2000 yen. Mahal ya ? Tentu, ada saja orang yang kurang bertanggung jawab membuang sampah besar sembarangan, misalnya di pulau terpencil seperti Ikeshima. Bahkan di pulau ini, saya pernah melihat mobil & motor ditinggal sampai berkarat. Sayang ya...



Makanya, daripada harus membayar mahal, lebih baik barang tsb dilungsurkan ke orang lain yang mau menerima. Akhir bulan September dan Maret, saat banyak pelajar asing pulang kampung, ada saja tawaran barang elektronik yang akan dilungsurkan. Jadi karena sekarang sudah punya oven, saya tinggal belajar bikin kue. Ada yang mau sharing resep ?

Thursday, September 23, 2004

Grandberry mal

Hari ini tanggal merah lagi. Iseng-iseng pergi ke grandberry mal, kawasan belanja ekslusif di selatan Tokyo. Berikut ini foto-fotonya...

tampak depan

tampak dalam

jualan crepes pakai mobil keliling

it's show time ! bartender beraksi

Duh, mama lama banget belanjanya... udah pegel nih nunggunya...

kochira e douzo...silahkan lewat sini...

restaurantnya belum buka, ngantrinya udah sepanjang ini...

chibi : ne, kamu gede banget ya...
shiro : iya yah, heh heh heh...

oshare ne...
iya dong, emang cuma manusia yang bisa gaya !

McDonald's, hamburger murah bulan ini : teriyaki burger. Cuma 157 yen.

Wednesday, September 22, 2004

Copenhagen, Denmark

Ada yang tersisa dari perjalanan ke Eropa bulan lalu. Sebelum kembali ke Tokyo, kami sempat transit sekitar 5 jam di Copenhagen, ibukota Denmark. Tempat kelahiran pengarang terkenal Hans Christian Andersen ini ternyata sangat kecil. Waktu transit yang cuma sebentar ternyata cukup untuk jalan-jalan di pusat kota. Dari airport ke pusat kota naik kereta hanya butuh waktu 10 menit. Hanya sayangnya, kedatangan kereta tidak tepat waktu, tidak sesuai dengan jadwal yang terpampang di layar monitor. Pemberitahuannya pun diumumkan dengan bahasa Denmark, jadi sempat bikin kami bingung. Untungnya, penduduk Denmark rata-rata bisa berbahasa Inggris, jadi bisa tanya-tanya.
Kesan tentang Copenhagen : penduduknya sedikit. Di stasiun, maupun di jalan-jalan pusat kota, suasananya cenderung sunyi. Selain itu, mungkin penyesuaian terhadap bentuk tubuh orang viking yang besar-besar, tempat duduk di kereta besar-besar.
Sempat masuk ke amusement park Tivoli yang letaknya persis di depan stasiun, tidak hanya anak muda yang pacaran, banyak orang-orang tua berpasangan bergandengan tangan. Ah...
Foto : di depan stasiun Copenhagen, jadi teringat stasiun kota di Jakarta :)
Tuesday, September 21, 2004

Hidup hemat di Jepang

Kata orang biaya hidup di Jepang itu mahal, meskipun standar gaji yang diterima jauh lebih besar dibanding standar Indonesia. Kalau anda berkesempatan training atau kerja di Jepang, pasti anda berpikir untuk menabung sebanyak mungkin, dengan berusaha hidup sehemat mungkin. Berikut ini saya tuliskan beberapa tips menghemat biaya hidup di Jepang:

Sekian dulu beberapa tips dari saya. Nanti kalau ada yang teringat, saya tambahkan lagi...



Kaban mochi

Ingin menjadi bos ? Di Jepang, anda bisa belajar menjadi bos dengan menjadi seorang 'kaban mochi' -- kaban : tas, mochi : membawa. Artinya, orang yang membawakan tasnya sang bos. Kalau anda menganggap pekerjaan ini remeh, wah... anda salah besar. Justru dengan menjadi pembawa tas, anda bisa menemani aktivitas sang bos seharian. Kaban mochi ini juga ikut dalam rapat-rapat perusahaan, dan tentu saja ikut kena 'semprot' sang bos sama seperti pegawai yang lain.
Sekitar 100 orang mahasiswa yang tertarik dengan dunia perbisnisan, "diundang" untuk menjadi pembawa tas bos perusahaan besar. Diantaranya, ada bos perusahaan internet Livedoor. Keadaan ekonomi yang makin buruk juga dialami Jepang selama beberapa tahun belakangan, dan membuat lulusan baru makin sulit memperoleh pekerjaan. Tentu saja, mendirikan perusahaan menjadi salah satu pilihan. Dan tentu saja, belajar dari orang yang berpengalaman, mengalami sendiri kerasnya dunia bisnis, bisa menjadi guru yang paling baik.
Monday, September 20, 2004

Holiday in Marunouchi

Hari ini tanggal merah, keiro no hi. Menurut Sazae-san (lih. artikel Sazae-san sindrome), hari ini adalah untuk berterima kasih kepada orang yang sudah lanjut usia. Berhubung di sekitar kami tidak ada orang yang usianya sudah lanjut, sambil sekalian nyoblos di Balai Indonesia di Meguro, pergilah kami ke Marunouchi, yang jaraknya hanya 20 menit dari Meguro naik kereta. Kebetulan minggu lalu seorang teman memberikan sepasang tiket masuk pameran lukisan "Rimpa" di National Museum of Modern Art (東京国立近代美術館).
Berhubung ndak ngerti tentang art, jangan tanya saya apa inti pameran lukisan tsb. Yang jadi perhatian saya justru penuhnya pengunjung yang datang ke musium itu. Kalau diingat-ingat, jaman dulu saya datang ke musium hanya waktu karyawisata. Sekarang pun, kalau tidak dapat tiket gratisan, belum tentu saya datang ke musium.

Antri di depan musium. Sedia payung sebelum hujan, siapa bilang ? Waktu panas juga dong...

Satu jam muter-muter, musium yang terasa kecil (masih terbayang-bayang besarnya Musee de Louvre di Paris) selesai dikelilingi, kami mampir ke taman Kitanomaru yang terletak di samping musium. Meskipun sudah pertengahan September, suhu udara di Tokyo saat ini masih sekitar 30 derajat celcius, suhu rata-rata musim panas. Bersantai di taman ditemani angin yang berhembus perlahan, banyak orang tidur-tiduran di tepi danau.

Jalan-jalan dengan wan-chan (baca: guk-guk) di taman
Friday, September 17, 2004

Hangaeshi

Hari ini ada kejutan kecil di lab. Malam hari, sewaktu akan pulang ke apartemen, seorang sempai (kakak kelas) mendatangi saya sambil menyodorkan bungkusan kecil sambil berkata "Terima kasih atas perhatiannya beberapa hari lalu... ". Mungkin karena melihat saya hanya terdiam bingung, dia lalu menambahkan "Minggu lalu ayah saya meninggal dunia... "
Ooo, ingatlah saya, minggu lalu rekan-rekan satu lab urunan sekadarnya membeli bunga sebagai ungkapan belasungkawa. Tidak banyak, hanya 500 yen, standard sekali makan di kantin kampus.

Di perjalanan pulang, saya masih merenungi bungkusan yang ternyata isinya seplastik biskuit. Bukan barang mewah, tentu saja. Tetapi rasanya sudah menjadi budaya orang Jepang untuk mengembalikan separuh dari apa yang mereka terima dari orang lain. Budaya ini disebut hangaeshi (半返し, han = separuh, gaeshi = mengembalikan).

Jadi teringat ketika beberapa waktu lampau saya memberikan oleh-oleh selendang batik dari Indonesia kepada seorang ibu Jepang. Sejak saat itu, setiap pergi berlibur, beliau selalu membelikan cinderamata. Padahal saya cuma sekedar memperkenalkan kain tradisional negeri tercinta.

Kalau akan memberikan hadiah kepada orang Jepang, jangan lupa katakan "tsumaranai mono des kedo... ", yang artinya kira-kira "barang ini tidak berharga kok... ". Maksudnya, supaya si orang Jepang itu tidak repot-repot memikirkan bagaimana membalas hadiah tersebut.

Sunday, September 12, 2004

Sazae-san syndrome

Setiap Minggu sore jam 6.30, di stasiun Fuji Terebi, disiarkan acara anime Sazae-san. Film kartun ini bercerita tentang kehidupan sehari-hari keluarga Jepang. Kartun yang diciptakan oleh ibu Machiko Hasegawa ini memiliki tokoh seorang ibu rumah tangga bernama Sazae, yang menikah dengan Masuo, dan memiliki seorang anak berumur sekitar 3 tahun bernama Tara. Mereka hidup satu rumah dengan kedua orang tua Sazae, dan adik-adik Sazae : Katsuo dan Wakame, yang masih duduk di SD. Yang menarik, nama-nama karakter dalam komik ini merupakan nama ikan dan bahan makanan laut, mungkin ingin mewakili orang Jepang yang senang makan ikan. Acara ini sudah disiarkan oleh Fuji Terebi sejak tahun 1969, setelah sebelumnya merupakan kolom komik surat kabar.

Masyarakat Jepang mengenal istilah Sazae-san syndrome. Jika mulai terdengar acara ini disiarkan, pertanda berakhirnya akhir pekan, dan orang harus mulai bersiap dengan rutinitas satu minggu. Buat saya sendiri, isi cerita Sazae-san sangat menarik. Secara polos diceritakan lika-liku kehidupan rumah tangga orang Jepang, suatu hal yang sangat menarik diketahui juga bagi anda yang tertarik dengan Jepang. Sazae-san sendiri saat ini sudah diterbitkan dalam bentuk komik bilingual Jepang - Inggris (Mungkin di Indonesia juga sudah diterbitkan dalam bahasa Indonesia ).

Minggu sore, nonton Sazae-san. Pertanda libur sudah akan selesai. Besok, mulai lagi dengan rutinitas... oh Sazae...


Lourdes

Ada lagu Ave Maria yang saya ingat sejak kecil :
Di Lourdes di gua sunyi terpencil...
Yang jelas gua ini sudah tidak sunyi dan terpencil lagi sekarang. Tapi kita masih bisa merasakan khusuknya doa yang dilantunkan dalam 6 bahasa : Inggris, Perancis, Spanyol, Itali, Jerman, dan Belanda. Begitu mengagumkan menyadari orang-orang dari berbagai negara dan bahasa datang ke tempat ini dengan tujuan yang sama : berdoa kepada Sang Bunda.

Sulit dibayangkan bagaimana sunyinya tempat ini ketika Bunda Maria menampakkan dirinya pada santa Bernadette Soubirous di tahun 1858. Di tempat ini sudah berdiri gereja basilika yang megah : Basilica of the Immaculate Conception, dan beberapa kapel. Di sini bahkan sudah tersedia tempat perkemahan dengan fasilitas cukup lengkap.




Saturday, September 11, 2004

Mont Saint Michel


Biara yang dibangun sebagai penghormatan kepada malaikat Mikael ini, terletak di satu pulau karang di sebelah barat laut di luar kota Paris. Untuk mencapainya, kita perlu naik TGV sampai kota Rennes sekitar 2 jam, kemudian dilanjutkan dengan bis selama 1,5 jam.

Sebagai catatan sejarah, pada jaman perang 100 tahun Inggris - Perancis, biara ini berhasil lolos dari invasi Inggris. Orang menganggap hal ini adalah berkat perlindungan panglima tentara Surgawi, malaikat Mikael.

Biara ini juga merupakan salah satu world heritage. Interior dalamnya sederhana, terbuat dari batu-batu kokoh yang dingin, membuat kita bisa merasakan keagungan Tuhan dalam keheningan.

Thursday, September 09, 2004

Musee du Louvre


If I'm not mistaken, Musee du Louvre is the biggest museum in Paris. It is surely very big ! I don't know how many days you need to explore this museum. Di musium inilah tersimpan lukisan Leonardo da Vinci yang terkenal : Monalisa.

Jardin du Luxembourg


Ternyata orang Perancis senang bersantai ! Meskipun bukan hari libur dan cuaca sangat terik di musim panas, banyak terlihat orang yang berjemur sambil membaca buku. Wah, hal ini bertolak belakang dengan sifat orang Jepang yang senang bekerja... :)
Tuesday, September 07, 2004

Basilique du Sacre-Coeur


Sakral, megah, agung. Gereja yang dibuat untuk memuja Hati Kudus Yesus ini terletak di daerah Montmartre -- gunung para martir, di sebelah utara Paris. Dibangun pada abad 19, memiliki panjang bangunan 85 m, lebar 35 m, dan tinggi 85,33 m.

Daerah ini terletak lebih tinggi dari pusat kota, termasuk salah satu point tertinggi di Paris setelah Eiffel Tower, sehingga dari sini kita bisa memandang indahnya kota Paris.


Under Eiffel Tower


Akhir musim panas 2004, setelah melalui doa panjang, Tuhan bermurah hati memberi kami kesempatan mengunjungi kota Paris dan berziarah ke Lourdes.

I think Paris is a beautiful city. Sejak dari bandara Charles de Gaulle pun sudah terasa artistiknya. Disain bangunan eropa tempo dulu masih terasa kemegahannya. Taman yang luas, musium yang megah, gereja yang terasa keagungannya, membuat perjalanan kami kali ini terasa sangat singkat. Rasanya perlu waktu lama untuk bisa menjelajahi Paris secara keseluruhan.

Cuma ada beberapa hal yang 'mengganjal' hati. Makanannya itu loh... rasanya kok ndak cocok dengan lidah daun singkong ku ya... Dan juga yang lebih penting : MAHAL !!! Bahkan harga Mc Donald di Paris lebih mahal dari yang di Tokyo...
Lalu, untuk masalah service, hm... Perancis perlu belajar lebih banyak dari Jepang. Di Jepang pun masih banyak orang yang tidak bisa bahasa Inggris, but at least they are very helpful. Pengalaman waktu pesan TGV di stasiun Montparnasse Paris, semua petunjuk hanya ditulis dalam bahasa Perancis. Tanya petugas pun, hanya dijawab : No English ! wah Paris ...

kategori tulisan lama

kumpulan foto

Shopping yuk !

Satu Cinta Lingerie Apa Impian Anda ?

shoutbox

sponsor & link

Powered by Blogger
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com
BlogFam Community
blog-indonesia
Get Firefox!
JANGAN ASAL COPY PASTE..

email me
created by emiliana dewi aryani
@ 2004 - 2011