Monday, January 24, 2005
Odaiba dalam gambar
Berhubung cukup lama ga posting foto di blog ini, kali ini saya taruh foto-foto
Odaiba di sini.
Tokyo tower, dari jendela Yurikamome line
Stasiun TV Fuji di balik jembatan pelangi
Meet Asimo ! Dia ada di National Museum of Emerging Science and Innovation
New York ? Bukan ! Ini Odaiba...
Senja di antara pencakar langit
Night - Rainbow Bridge - Tokyo Tower
Sunday, January 16, 2005
Alien
Tip untuk memperlancar bahasa Jepang : cari pacar orang Jepang. Kalau tidak bisa, cari teman orang Jepang, dan bicara sebanyak-banyaknya. Tapi pada prakteknya, saya belum pernah merasa benar2 berteman dengan orang Jepang. Mungkin karena saya tinggal di kota super-besar-penduduknya-super-individualis Tokyo. Mungkin juga karena bahasa Jepang saya yang masih terdengar "aneh". Ibaratnya, saya seperti berbicara dengan bahasa baku yang baik dan benar, sementara lawan bicara memakai bahasa
slang. Belum lagi soal gaya bicara. Saya cenderung
to the point, tidak mbulet-mbulet seperti layaknya gaya bicara orang Jepang. Saya cenderung ngomong "Maaf, saya tidak bisa datang", daripada "Wah, pada saat itu saya perlu mengerjakan hal sangat penting yang tidak bisa ditinggalkan, jadi saya sangat menghargai jika anda berkenan mengijinkan saya tidak datang ke acara tersebut. " Ribet banget ga sih.
Anyway, kalau tadi saya tulis bahwa saya tidak pernah merasa benar2 berteman, maksud saya, saya belum menemukan orang Jepang yang benar2 bisa membuat saya terbuka dan bisa bicara banyak. Seperti selalu ada dinding pemisah. Kamu Jepang, saya bukan. Bukan orang Jepang ga ngerti dong soal ini... Padahal, saya kan baca soal itu di koran, nonton TV, ga kuper gitu... Lalu, ketika saya bicara sesuatu yang 'hanya diketahui orang Jepang', saya malah dipandang dengan tatapan "hebat banget, kamu kok ngerti soal itu... " Oh...
Begitulah. Mudah-mudahan ini cuma masalah waktu. Tapi saya ga merasa keberatan dianggap 'orang asing'. Wong saya memang orang asing kok. Kartu penduduk saya saja berjudul "Alien Registration". Asal ga dianggap 'orang luar bumi' saja. Saya masih bangga jadi orang Indonesia. Indonesia masih ada di bumi kan ?
Jadi ingat, biasanya setiap kali hendak mengurus sesuatu ke kedutaan, saya selalu ketemu orang Indonesia di tengah jalan. Biasanya pembicaraan dimulai dengan pertanyaan "sudah lama di Jepang ?", kemudian dilanjutkan dengan cerita kebanggaan dari orang itu :"Wah, kalo saya sudah lama disini. Udah putih kan kulit saya. Orang kalo ngeliat saya, pasti saya dianggap orang Jepang." Ya deh, mas... Mudah-mudahan itu ga berarti sudah tidak bangga jadi orang Indonesia...
Wednesday, January 12, 2005
Dalam suatu simposium
Salah satu 'tradisi' lab tempat saya belajar ini untuk menyambut kedatangan
visiting professor dari negara lain adalah mengadakan "mini symposium in English". Intinya, setiap anggota lab harus mem-presentasi-kan penelitiannya selama 10 menit. Disebut 'in English', karena biasanya presentasi di lab kami dilakukan dengan bahasa Jepang, termasuk oleh mahasiswa asing seperti saya.
Anyway, seorang asisten profesor yang masih muda, menyajikan presentasi yang sempat bikin saya mengernyit. Si asisten ini, laki-laki, menampilkan gambar (yang menurut saya) panas. Bukan, bukan gambar kebakaran. Tapi gambar wanita muda,
terbuka. Bagian atas gambar ini memang gambar yang sering digunakan dalam penelitian
image processing, bidang yang digeluti si asisten profesor.
Tapi yang ditampilkan bukan cuma bagian atas, melainkan lengkap sampai ke bawah (yang tanpa apa-apa).
Meskipun beberapa mahasiswa asing (baca : non-Japanese) kasak-kusuk sehubungan tentang '
sexual harassment' ternyata tidak ada yang berminat 'menegur' si asisten ini. Selain posisi beliau sebagai asisten profesor, juga mungkin karena gambar sejenis bukan dianggap sbg gambar yang tabu. Tidak ada moral agama yang membentengi penampakan gambar seperti itu di muka umum.
Rasa gatal (eh, sebenarnya lebih tepat: rasa pingin nonjok, sih) membuat saya mengatakan unek-unek saya ke si asisten. Saya bilang, bahwa tidak hanya orang Jepang yang hadir di simposium itu, tapi juga orang dari berbagai bangsa yang punya latar belakang budaya dan agama berbeda. Tidak cuma saya yang orang Indonesia, ada juga beberapa teman dari negara timur-tengah yang kental ajaran agamanya, risih melihat gambar seperti dipajang di muka, apalagi di dalam institusi pendidikan.
Si asisten ini beralasan, bahwa dia hanya mencari cara supaya presentasi tentang penelitiannya bisa menarik perhatian orang. Tidak sekadar hasil penelitian yang bisa bikin orang ketiduran.
Moral of the story ? Ga tahu, saya cuma pingin cerita kok.
Tentang gambar itu sendiri, diambil dari majalah playboy tahun 1972. Modelnya, Lena, sekarang sudah jadi seperti yang di kanan ini.
Sunday, January 09, 2005
Kebahagiaan wanita, dimanakah ?
Ibu Sawa, penjaga
training room di kampus saya suatu hari mengeluhkan anak perempuannya yang sudah berumur 30 tahun, tapi belum berminat menikah. Sambil menyeruput teh hangat saya mendengarkan ceritanya, yang sepertinya mewakili kekhawatiran sebagian besar orang tua Jepang beberapa tahun belakangan ini.
Anak Ibu Sawa ini punya karir di perusahaan IT, dan lebih semangat bekerja ketimbang mencari teman hidup. Tinggal dengan orang tua, jadi tidak pernah pusing dengan urusan uang. Gaji setiap bulan dihabiskan untuk memuaskan diri dengan barang bermerek dan pergi ke kafe dengan teman wanita. Sangat menikmati hidup, tidak berusaha mencoba mengubah status, dan pada akhirnya membuat khawatir kedua orang tuanya. Single Parasite.
Cerita serupa beberapa kali saya dengar dari kenalan Jepang yang lain. Meski tidak semuanya tinggal dengan orang tua, hidup dengan status single tampaknya lebih menarik ketimbang menikah.
Kata "Make inu ": anjing kalah, populer digunakan untuk menyebut perempuan berumur lebih dari 30 tahun, masih sendiri, dan tidak punya anak. Sebaliknya, perempuan yang sudah menikah disebut "Kachi inu" : anjing pemenang. Musim gugur 2003, Junko Sakai menulis buku berjudul "Make inu no toboe" : lolongan anjing kalah. Isinya membahas ttg fenomena perempuan2 mandiri ini. Menurut statistik tahun 2000, persentasi wanita Jepang tidak menikah umur 30 - 34 tahun adalah lebih dari 26%, sedangkan umur 35 ke atas adalah 14%. Junko Sakai sendiri pada saat buku tsb keluar berumur 37 tahun dan tidak menikah.
Sukses dalam karir, sebagian memiliki kondiminium mewah sendiri, leluasa membeli pakaian dan perhiasan bermerek, tapi dilihat orang lain sebagai 'wanita yang tidak bahagia' karena tidak berkeluarga.
Padahal, menikah pun tidak selalu berarti 'hidup bahagia selama-lamanya' seperti cerita Cinderela kan ? Hidup dengan suami pun bukan berarti lepas dari kesepian, dan masalah yg perlu dihadapi dalam perkawinan pun tidak sedikit.
Kalau dulu banyak wanita beranggapan menikah dan melahirkan anak adalah hal yg sepantasnya, sepertinya hal kebalikannya pun mulai bisa diterima. Tidak hanya di Jepang, di Indonesia pun 'make inu' ini juga mulai banyak, meskipun masih sulit diterima masyarakat.
Seorang teman saya, perempuan Indonesia (tampaknya) berumur lebih dari 30 tahun, bergelar doktor, sangat brilian. Saya tidak heran kalau suatu saat hadiah nobel diraih mbak yang satu ini. Sampai sekarang, dia masih memilih berkarir di sebuah pusat penelitian di Jepang. Belum ingin pulang, karena kalau pulang pasti diteror dengan pertanyaan kapan menikah.
Friday, January 07, 2005
Lamaran ala Kanpaku sengen
Omae wo yome ni morau maeni
Itte okitai koto ga aru
Kanari kibishii hanashi mo suru ga
Ore no honne wo kiiteoke
| Sebelum aku mengambilmu jadi istriku
Ada hal yg ingin kukatakan
Mungkin kedengarannya sedikit keras
Tapi ini kata hatiku sesungguhnya,
jadi dengarkan ya.
|
Ore yori saki ni nete wa ikenai
Ore yori ato ni okite mo ikenai
Meshi umaku tsukure
Itsumo kirei de iro
Dekiru hangi de kamawanai kara
|
Jangan pergi tidur sebelum aku
Jangan bangun sesudah aku
Bikin masakan yang enak
Selalu tampil cantik
Yah... sebisa kamu lah...
|
Wasuretekureruna
Shigoto mo dekinai otoko ni
Katei wo mamoreru hazu nado
nai tteiu koto
Omae ni wa omae ni shika dekinai
koto mo aru kara
Sore igai wa kuchi dashisezu
Damatte ore ni tsuitekoi
|
Dan jangan kamu lupa
Cowok yang ga bisa kerja
Ga wajib menjaga rumah tangga
Kamu pun punya hal yg hanya bisa dilakukan olehmu
Tapi diluar itu ga usah protes
Diam dan ikutin aku
|
Omae no oya to ore no oya to
Dochira mo onaji da taisetsu ni shiro
Shutokoshuto kashikoku konase
Tayasui hazuda aisureba ii
Hito no kageguchi iu na kiku na
|
Orang tuamu dan orang tuaku
Semuanya sama pentingnya
Pintar-pintar berhubungan dgn mertua & ipar
Asal ada cinta, gampang kan
Jangan ngomongin dan dengerin gosip
|
Sorekara tsumaranu shitto wa suru na
Ore wa uwaki wa shinai !
Tabun shinai to omou ...
Shinai janai ka na ?
Ma chotto kakugo wa shiteoke
|
Dan jangan cemburu tanpa alasan
Aku ga akan selingkuh !
Sepertinya ga akan sih...
Ga akan ga sih ?
Yah, kamu siap2 aja deh
|
Kofuku wa futari de sodateru mono de
Dochirakaga kurou shite tsukurou mono dewa nai hazu
Omae wa ore no tokoro e ie wo sutetekuru no dakara
Kaeru basho wa nai to omoe
Korekara ore ga omae no ie
|
Kebahagiaan itu harus dipupuk berdua
Ga bisa hanya satu orang saja yg kerja keras
Kamu sudah keluar dari rumahmu untuk ke tempatku
Ingatlah ga ada tempat pulang yang lain
Mulai sekarang aku adalah rumahmu
|
Kodomo ga sodatte Toshi wo tottara
Ore yori saki ni shinde wa ikenai
Tatoeba wazuka ichinichi demo ii
Ore yori hayaku itte wa ikenai
|
Setelah anak2 besar dan kita tua
Jangan mati mendahului aku
Misalkan beda satu hari pun
Jangan duluan meninggalkan aku
|
Nanimo iranai ore no te wo nigiri
Namida no shizuku futatsu ijo kobose
Omae no okage de ii jinsei datta to
Ore ga iu kara kanarazu iu kara
|
Tidak perlu apa-apa hanya pegang tanganku
Menangislah, tersedu-sedulah.
Berkat kehadiranmu aku sudah melewatkan hidupku dg indah
Aku akan bilang seperti itu. Pasti aku akan bilang.
|
Wasurete kureru na
Ore no ai suru onna wa
Aisuru onna wa shougai omae hitori
|
Jangan pernah kamu lupa
Wanita yg aku cinta
Seumur hidup hanya kamu seorang
|
Wasurete kureru na
Ore no aisuru onna wa
Aisuru onna wa shougai
Omae tada hitori
|
Jangan pernah kamu lupa
Wanita yg aku cinta
Yang aku cintai seumur hidup
Hanya kamu seorang
|
Kanpaku Sengen, dinyanyikan oleh Sada Masashi, tahun 1979.
Flash animasi yg lucu ada di
sini.
Sunday, January 02, 2005
Fukubukuro
Yang saya tunggu-tunggu di saat tahun baru, selain pengumuman takara kuji jambo (lotre dengan hadiah 300 juta yen), adalah kesenangan mengamati penjualan fukubukuro.
Fukubukuro atau lucky bag, merupakan kantong yang biasanya berisi pakaian, mainan, barang elektronik atau makanan. Biasanya isi fukuburo ini tidak bisa diketahui sebelum dibeli, meskipun kadang-kadang calon pembeli diperbolehkan mengintip kantong tsb. Keasyikan menebak apa yang ada di dalam fukubukuro menjadi satu daya pikat tersendiri.
Fukubukuro ini dijual dengan harga 70% sampai 20% harga aslinya. Misalnya, fukubukuro seharga 10000 yen bisa berisi 5-10 item pakaian, yang total harga sebenarnya bisa mencapai 40000 yen. Isi fukubukuro ini bervariasi mulai dari kemeja, celana / rok, kaos, kaos kaki, pakaian dalam, sampai jaket.
Di satu sisi, ini merupakan cara untuk mendongkrak penjualan di awal tahun, sekaligus untuk membersihkan stok musim dingin yang sebentar lagi akan berakhir. Di departemen terkenal, banyak orang rela antre sejak dini hari untuk membeli fukubukuro merek kesayangan. Beberapa departemen menjual fukubukuro dengan tema 'Yon sama' : fukubukuro dengan isi satu set pakaian ala
Yon sama, lengkap dengan
coat,
muffler, dan petunjuk mengikat
muffler sesuai gaya Yon sama.
Di sisi lain, kalau cukup pintar mengendalikan apa yang mau dibeli, fukubukuro bisa jadi salah satu cara penghematan.
Uniknya, beberapa tahun belakangan ini penjualan fukubukuro mulai bervariasi. Isinya bisa berupa paket makan malam eksklusif, wisata
cruise, menginap di hotel mewah, bahkan penjualan fukubukuro mobil dan rumah pun diiklankan lewat selebaran. Harganya tentu saja mencapai miliaran yen. Waw.
Saturday, January 01, 2005
Akemashite Omedeto Gozaimasu*
Kalau diingat-ingat, tahun 2004 kemarin memang punya banyak kejadian besar. Pemilu, presiden baru, bom kuningan, kasus peracunan Pak Munir, belum lagi rentetan bencana alam termasuk gempa Aceh baru-baru ini. Jepang juga punya serentetan kisah tersendiri. Berkumpulnya kembali keluarga
Soga Hitomi : korban penculikan Korea Utara, gempa di Niigata, taifu dashyat yang berkali-kali datang, dan anehnya cuaca.
Tidak semuanya berupa kenangan indah, ya ? Saya sendiri termasuk orang yang percaya bahwa kehendak Tuhan tidak selalu sama dengan kehendak manusia. Suatu saat, akan ada waktunya kita memahami makna kejadian di tahun lalu.
Selamat tahun baru. Semoga tahun 2005 ini menjadi tahun yang baik bagi kita semua.
* ucapan selamat tahun baru dalam bahasa Jepang. Terjemahan langsungnya : selamat, (tahun baru) sudah terbuka.