daun singkong
tentang jepang dan indonesia
di mata seorang penggemar sayur daun singkong
Friday, October 27, 2006

Jalan-jalan ke Jepang - Tips 2: Makanan

2. Soal makanan
Selain makanan khas Jepang seperti sushi dan sashimi, di Tokyo ada banyak makanan dari negara-negara lain yang menurut saya lebih enak ketimbang makanan Jepang yang terkadang hambar...

Anyway, saran saya kalau ingin menghemat budget makan selama di Jepang : puas-puaskan makan pada jam makan siang, karena jam makan siang (lunch time, biasanya antara jam 11 pagi - 3 sore) lebih murah ketimbang malam.Biasanya restoran-restoran menyediakan menu khusus lunch set yang murah. Kalau kita datang ke restoran yang sama di malam hari, tiap masakan dijual satuan per piring. Belum lagi kalau yang didatangi adalah izakaya (restoran gaya jepang), ada yang mengenakan service charge per orang diluar harga makanan. Izakaya ini sebenarnya tempat minum (baca: bir, sake). Karena itu, begitu tamu duduk akan langsung ditanya mau minum apa. Tapi selain minuman beralkohol biasanya juga disediakan minuman non alkohol seperti ulong cha (es teh cina), orange juice, atau coca cola.

Kalau lunch set yang dijual siang hari harganya di bawah 1000 yen, biaya yang dikeluarkan per orang untuk makan malam di Izakaya ini paling sedikit 2000 yen per orang. Ini harga standar bawah banget, kalau tahu tempat yang murah. Rata-rata bisa habis 4000 - 5000 an sekali makan. Enaknya di Izakaya ini, banyak masakan Jepang seperti sashimi, yakitori, masakan ikan, dan tofu. Waktu lunch time, menu-menu ini dikeluarkan dalam porsi sedikit tapi plus nasi, salad atau acar-acaran dan miso shiru. Kadang-kadang juga ada dessert khusus untuk cewek. Jadi kalau ingin mencicipi sedikit sashimi, datanglah waktu jam makan siang. Tapi kalau ingin makan agak mewah, silahkan datang waktu malam.

Selain izakaya, kalau ingin makan sushi, restoran sushi yang berputar jauh lebih murah ketimbangyang sistem counter. Kalau di tempat yang berputar harga per sushi dipatok 100 yen per piring isi dua buah sushi, di restoran sushi ber-counter harganya tergantung pada jenis ikannya. Di restoran yang berputar ada juga sushi yang harganya lebih dari 100 yen, tapi masih lebih reasonable ketimbang counter. Orang Jepang sih bilang bahwa rasa ikan di restoran sushi ber-counter lebih enak dibanding yang dijual di tempat berputar. Tapi buat saya yang masih lidah Indonesia, rasanya sushi di Jepang sama saja... tidak lebih asin atau manis, bisa pedas menyengat kalau diolesi wasabi, tapi selebihnya ya tidak ada bedanya. FYI, di restoran 100 yen sushi di Shibuya, ada aturan untuk makan paling sedikit 7 piring per orang. Jadi kalau mau makan sushi di daerah ramai turis, pastikan dulu berapa minimal sushi yang harus dimakan.

Selain sushi dan sashimi, ada juga restoran chain store yang menyediakan makanan khas Jepang yang lain. Restoran-restoran seperti ini ada di beberapa tempat, dan harganya relatif murah. Ini saya cantumkan linknya, cuma karena semuanya hanya tersedia dalam bahasa Jepang, diingat-ingat saja bentuk tulisannya, siapa tahu kalau nanti ketemu paling tidak sudah ada bayangan restoran itu jualan apa.
- gyudon (beef bowl), dijual di Matsuya, Yoshinoya, dan beberapa chain restoran lain. Harganya rata-rata 400-500 yen.
- tendon (nasi + tempura dalam mangkok), dijual di Tenya. Harganya juga sekitar 500 yen. Bisa lebih mahal untuk yang menunya komplit.
- japanese kare, dijual di Coco ichibanya - mereka punya menu dalam bahasa Inggris, Kare no Ousama. Restoran-restoran biasa juga banyak yang menyediakan kare jepang untuk makan siang, tapi menu kare di restoran spesialis kare lebih banyak dan toppingnya bisa macam-macam. Harga karenya bervariasi mulai dari 400 yen-an sampai 800 yen-an.
- teishoku (set menu masakan jepang), biasanya berisi masakan ikan + nasi + miso shiru + sayuran sedikit. Menu ini ada di Ootoya, dulu Meshiyadon - sekarang namanya ganti jadi Yayoiken. Harganya sekitar 700-800 yen.
- ramen, banyak banget yang jual, tapi saya masih belum ketemu rasa ramen Jepang yang cocok di lidah saya. Setiap daerah di Jepang punya rasa ramen sendiri-sendiri, seperti Hokaido ramen atau Kyushu ramen. Tapi buat saya yang lumayan enak justru ramen gaya China : tantanmen, yang rasanya agak lebih pedas dari ramen biasa. Oh ya, sekadar informasi kuah ramen itu dibuat dari rebusan tulang babi...
- champon, mirip ramen tapi kuahnya lebih sedikit dan diisi banyak sayuran. Dijualnya di Ringer Hut. Champon ini masakan khas Nagasaki. Selain champon juga ada sara udon, mie kering disiram daging dan sayuran. Harga champon dan sara udonnya sendiri hanya sekitar 400 an. Satu set dengan gyoza atau cahan (nasi goreng) jadi sekitar 700 yen an.
- udon & soba, banyak dijual di stasiun, dan banyak yang tidak menyediakan kursi alias harus makan sambil berdiri. Berbeda dengan ramen yang kuahnya dibuat dari rebusan tulang babi, kuah udon & soba dibuat dari rebusan ikan & kombu, sejenis seaweed. Dan sama seperti ramen, saya sebenarnya nggak begitu suka. Tapi ada satu restoran udon yang saya rasa enak, ada di Shinagawa dekat kantor saya. Kalau mau makan disitu silahkan hubungi saya, kalau saya ada di kantor nanti saya antar. Harga udonnya sendiri hanya 300 yen, ditambah topping gorengan, seporsi udon komplit paling hanya 500 yen.
- katsu, yang banyak dijual biasanya tonkatsu (daging babi goreng tepung). Ada juga yang menyediakan chicken katsu, tapi tonkatsu lebih umum dijual. Disajikan dengan irisan kol, harganya sekitar 700-1000 yen. Dijual di Wako.

Selain itu ada juga restoran yang menyediakan masakan ala barat seperti spageti atau burger steak. Ada juga model family restaurant seperti Dennys atau Jonathan. Mereka biasanya menyediakan menu khusus anak-anak kids menu, porsi burger atau sosis kecil + nasi atau kentang + sedikit salada + dessert + mainan.

Di gaienmae (dua stasiun dari Shibuya naik Ginza line), ada restoran crab (kepiting) yang enak. Dari exit no 2, masuk ke gang kecil di sebelahnya First Kitchen. Rekomendasi menu di sini : kani pasta (spageti masak saos kepiting). Saya pasti mampir kesini kalau lagi ada di sekitar gaienmae.

Untuk penggemar fast food nggak perlu kuatir. Mc Donald ada hampir di depan semua stasiun, apalagi di Tokyo. Menu paling murah hamburger, cuma 80 yen. Kalau ke McDonald, jangan lupa cobain menu khas Jepang seperti teriyaki burger dan ebi fillet-o (shrimp burger). Oh ya, di Mc Donald juga ada menu salada, lumayan besar dan mengenyangkan (buat saya). Saladanya ini disajikan dengan toping grilled chicken atau crispy chicken (ayam goreng). Harga satu set salada + minum 640 yen. Untuk burger set selain hamburger, burger+kentang+minum, harganya antara 500 - 600 yen. Kalau kentangnya mau diganti dengan salada, bisa tambah bayar 30 yen. Hamburger set harganya 410 yen, dan chees burger set 430 yen. Di Mc Donald ini juga ada menu 100 yen-an, lumayan untuk cemilan. Menu yang harganya 100 yen: chees burger, mc chicken, marron pie, apple pie, soft drink ukuran small, kopi & teh ukuran small, mc shake ukuran small, dan soft cream. Terus, kalau mau lebih murah lagi, Mc Donald itu sering bagi-bagi kupon discount. Kupon ini juga bisa di download dari internet.

Selain Mc Donald, coba juga ke hamburger restaurant yang lain seperti Mos Burger dan freshness burger. Harga-harganya lebih mahal dibanding Mc Donald, tapi menurut saya rasanya lebih enak. Recomendasi menu di Mos Burger: mos natsumi (hamburgernya tidak pakai roti tapi pakai salada), dan mos chicken. Freshness burger punya kelebihan rotinya yang lebih lembut dan sedikit manis.

Soal ayam goreng, di Jepang saya hanya lihat KFC saja. Ada juga fast food restaurant seperti First Kitchen yang juga sedia ayam goreng, tapi menunya lebih bervariasi tidak hanya ayam saja. Dan harap diingat, sama seperti Mc Donald tidak menyediakan menu panas, KFJ di Jepang juga tidak menyediakan nasi. Oh ya di Mc Donald ada menu unik : smile, harganya 0 yen. Bisa coba dipesan untuk tambahan pencerahan, apalagi kalau yang jualan ganteng...

Untuk yang masih betah baca, seperti yang saya tulis di awal, di Tokyo ada beberapa jenis makanan dari berbagai negara yang saya rasa lebih enak dibanding masakan Jepang. Ini saya tulis beberapa restaurant yang bikin saya ingin balik lagi.

1. Restoran masakan rumahan Korea, seperti di Haleluya, Seoul En di Shinagawa dekat kantor saya, dan ada satu lagi di Machida dekat tempat saya tinggal. Restoran ini yang jual orang Korea asli, jadi pedasnya muantapp. Rekomendasi menunya : yukejan. Dijamin bisa bikin bolak balik ke WC dua hari... Jangan lupa ajak-ajak saya kalau mau makan di restoran korea di Shinagawa atau Machida.

2. Masakan Thailand. Yang paling sering saya kunjungi ada di stasiun Shinjuku, south exit, di lantai B2 Lumine 1.

3. Masakan India. Menunya jelas kare. Dibanding kare Jepang, spicenya biasanya lebih terasa. Cari saja restoran yang chefnya orang India.

4. Masakan Belgi. Menunya biasanya kerang-kerangan. Kalau suka minuman beralkohol, bir belgi rasanya enak, tapi kadar alkoholnya cukup tinggi.

5. Masakan Brazil. Menu utamanya daging. Yang saya pernah makan ada di daerah Omotesando, namanya Barbacoa Grill. Dagingnya itu loh... mantabbb.

Masakan dari negara lain sebenarnya masih banyak. Tapi jarang yang sesuai selera saya. Tambahan, restoran Jepang rata-rata nggak menyediakan menu bahasa Inggris, Jepang only. Cuma untungnya, menu yang ditunjukkan ke kita biasanya ada fotonya. Dan di depan restoran juga biasanya ada contoh makanan di display. Jadi kalau mau pesan, langsung tunjuk ke gambar menu atau display.

Soal makanan di Jepang, eh... Tokyo tepatnya, sekian dulu. Nanti kalau ingat saya tulis lagi.

Tambahan (31/10)

Sebenarnya kalau tidak terlalu peduli makan di restoran, ada cara makan yang murah: beli onigiri (nasi yang dikepal dan dibungkus nori) dan makan di taman. Onigiri ini isinya bervariasi: ikan, ayam, daging. Selain toko khusus yang menjual onigiri, convenience store juga menjual macam-macam variasi onigiri. Selain onigiri, convenience store juga menjual bento (nasi + lauk pauk dalam kotak), macam-macam salada dan macam-macam gorengan: ayam goreng, korokke (semacam perkedel daging), sosis goreng, fried poteto.

Bento dijual juga di supermarket dan toko khusus bento. Kalau sudah malam (di atas jam 8-an), harga bento ini sering didiskon, karena mereka tidak akan menjual bento sisa hari itu untuk hari berikutnya.

Satu lagi makanan Jepang yang menurut saya enak: roti. Iya, menurut saya roti yang dijual jepang itu enak, lembut, dan terasa sedikit manis. Roti yang dijual di bakery memang lebih mahal dibanding yang dijual plastikan di convenience store. Tapi bau dari oven di bakery itu bisa bikin kaki 'terseret' masuk dan 'terpaksa' membeli. Beberapa bakery menyediakan irisan roti kecil-kecil untuk dicoba tamu. Lumayan untuk mengganjal perut lapar, tapi kalau kebanyakan ya malu ya...

Selain itu, kalau yakin punya pertahanan yang bagus terhadap godaan manis, coba pergi ke depachika: tempat jualan roti, cake, dan macam-macam dessert yang letaknya biasanya ada di basement pertokoan.
Tuesday, October 24, 2006

Jalan-jalan ke Jepang - Tips 1: Akomodasi

Mbak Susie bertanya pada saya tentang tips jalan-jalan murah ke Jepang. Karena panjang, rencananya akan saya bagi menjadi beberapa tulisan.

1. Soal akomodasi.
Jujur aja saya nggak tahu bagaimana caranya dapetin hotel murah di Jepang. Soalnya saya nggak pernah pesan kamar hotel dari luar Jepang. Yang jelas kalau pesan hotel dari dalam Jepang, dihitung per orang bukan per kamar. Kalau di Indonesia kita bisa pesan satu kamar diisi beramai-ramai, di Jepang nggak bisa begitu karena pasti ditanya berapa orang yang menginap. Youth hostel memang ada, tapi saya tidak tahu bagaimana prosedur pemesanannya. Di Jepang ini juga ada weekly mansion, apartemen yang bisa disewa per-minggu-an. Tapi untuk weekly mansion ini setahu saya harus ada orang Jepang yang mau dijadikan penjamin (guarantor). Mungkin lebih baik tanya-tanya ke tour agent atau cari-cari info dari internet, seperti di http://www.jafplaza.com/.

Untuk hotel di Tokyo, setahu saya hotel-hotel yang letaknya di lingkaran jalur kereta Yamanote line lebih mahal ketimbang hotel-hotel yang berada agak jauh dari pusat kota. Tapi karena Tokyo itu luas sekali, jarak satu jam naik kereta dari pusat kota seperti tempat saya pun masih beralamat di Tokyo. Gampangnya, Tokyo itu punya 23 ku (ward) dan beberapa shi (city ?). Daerah yang termasuk 23 ku itu masih seputar pusat kota Tokyo, sedangkan di luar itu sudah menjauh dari pusat kota. Di luar 23 ku itu juga banyak daerah yang ramai dan harga hotelnya lebih murah, seperti Hachioji (sebelah barat Tokyo, jarak 40 menit naik JR line ke Shinjuku) atau Machida (agak ke Selatan, 40 menit juga ke Shinjuku naik jalur Odakyu). Selain itu, hotel yang ada di daerah mendekati Yokohama juga katanya lebih murah.

Sebagai informasi, hotel di Jepang ada beberapa jenis. Selain hotel berbintang, ada juga business hotel. Hotel ini biasanya lebih murah dari hotel berbintang, dan sesuai namanya banyak dipakai oleh bapak-bapak berjas yang ditugaskan dinas (atau malas pulang...). Hotel ini kebanyakan hanya menyediakankamar single, dan kabarnya punya banyak servis untuk bapak-bapak yang kecapekan...

Selain itu ada juga love hotel... hotel untuk bercinta... biasanya lebih gemerlapan dibanding hotel biasa, dan bisa disewa per 3 jam untuk istirahat. Capsule hotel juga ada, yang hanya muat untuk satu orang. Katanya sih biarpun sempit masih cukup nyaman...

Selain hotel, ada juga penginapan gaya Jepang (ryokan). Biasanya ryokan ini letaknya di daerah wisata atau pemandian air panas, dan relatif lebih mahal dari hotel karena juga disediakan makan malam gaya jepang. Kalau memang ingin merasakan 'trully' Jepang, boleh juga coba menginap di ryokan. Ada ryokan yang hanya menyediakan futon (kasur lipat), tapi ada juga yang menyediakan tempat tidur. Lebih baik check dulu ke ryokan nya sebelum memesan.
Sunday, October 22, 2006

Umur panjang

Orang Jepang terkenal banyak yang berumur panjang. Yang berumur di atas 100 tahun pun tidak sedikit. Kemarin ada acara di TV tentang riset supaya manusia bisa panjang umur. Katanya, sebenarnya dalam tubuh manusia sudah ada "gen panjang umur". Hanya saja, karena kesibukan dan gaya hidup manusia modern, gen ini jadi tidak bisa 'on'.

Di acara itu disiarkan cara menghitung perkiraan harapan hidup masing-masing orang. Saya terjemahkan di bawah ini.

Untuk pria, hitungan mulai dari 73 tahun, untuk wanita hitungan mulai dari 80 tahun. Sepertinya ini hitungan berdasarkan rata-rata harapan hidup orang Jepang. Untuk orang Indonesia, berapa ya ? 65 - 70 tahun mungkin ?

Q1. Kalau sekarang anda berumur 20 - 50 tahun ... +2
Antara 50 - 70 tahun ... +4

Q2. Kalau anda tinggal di kota / desa yang penduduknya kurang dari 10000 orang ... +2
Tinggal di kota besar yang penduduknya lebih dari 2 juta orang ... -2

Q3. Lulusan universitas ... +1

Q4. Berpenghasilan lebih dari 6 juta yen setahun ... -2
(6 juta yen = 480 juta rupiah untuk rate 1 yen = 80 rupiah).
Tapi ini ukuran untuk kerja di Jepang, sedangkan penghasilan rata-rata lulusan S1 di Jepang per tahun 2,4 juta yen. Jadi kalau penghasilan rata-rata lulusan S1 di Indonesia per tahun 24 juta rupiah, hitungannya jadi -2 untuk yang penghasilannya lebih dari 60 juta rupiah setahun (5 juta sebulan)

Q5. Berumur lebih dari 65 tahun dan masih bekerja ... +3

Q6. Ada di antara kakek/nenek kandung yang berumur lebih dari 85 tahun, baik masih hidup maupun sudah meninggal ...+2

Q7. Bapak / ibu salah satu ada yang meninggal karena jantung atau stroke pada umur kurang dari 50 tahun ... -4

Q8. Tinggal bersama keluarga / orang lain (tidak tinggal sendirian) ... +5
Tinggal sendiri ... -3

Q9. Melakukan pekerjaan yang banyak menggerakkan badan ... +3
Bekerja di belakang meja ... -3

Q10. Olahraga lebih dari 30 menit sehari :
Seminggu lebih dari 5 kali ... +4
Seminggu lebih dari 2 kali ... +2

Q11. Saat ini ada merasa bahagia ... +1
Merasa tidak bahagia ... -2

Q12. Santai, tidak terburu-buru melakukan segala sesuatu ... +3
Merasa gampang marah terhadap hal sepele ... -3

Q13. Jumlah rokok yang dihisap :
Lebih dari 2 bungkus sehari ... -8
Antara 1 - 2 bungkus sehari ... -6
Kurang dari 1 bungkus sehari ... -3

Q14. Berumur lebih dari 40 tahun dan tiap tahun melakukan medical check up ... +2

Q15. Pertanyaan terakhir.
Berat badan ideal = (Tinggi badan - 100) * 0.9
Berat badan anda - berat badan ideal:
lebih dari 25 kg ... -8
antara 15 - 25 kg ... -4
antara 5 - 15 kg ... -2

Jadi, berapa kira-kira angka harapan hidup anda ?

Terus, bagaimana caranya untuk meng-'on'-kan gen umur panjang yang ada di tubuh kita ?
1. Batasi masukan kalori. Jangan sampai makan terlalu kenyang, berhentilah makan kalau merasa 3/4 kenyang.
2. Olah raga. yup... olah raga itu memang bagus untuk kesehatan...
3. Kalau makan anggur, kacang, bawang bombai, makanlah sekalian dengan kulitnya.
Untuk bawang bombai, kulitnya harus direbus dulu, lalu diblender, dan dicampur dalam masakan.
Untuk kacang, maksudnya lapisan tipis yang ada di luar biji kacang itu.

Lebih dari itu, hiduplah dengan bahagia. That's surely will make your life longer...
Monday, October 16, 2006


Tabblo: Yokohama, Oct 2006


Tabblo: Tokyo

Friday, October 13, 2006

Mau ke Jepang ?

Saya menemukan berita ini. The Japan Foundation mengundang seorang perancang busana muda berusia maksimum 35 tahun untuk berkunjung ke Jepang. Jadwal keberangkatan sekitar Desember - Januari 2007. Selain biaya transportasi & akomodasi ditanggung Japan Foundation, masih dapat uang saku lagi. Keterangannya silahkan baca di buletin Nuansa bulan Oktober - November 2006 halaman 1 pojok kanan. Bisa didownload di sini.
Thursday, October 12, 2006

Cup ramen

Warning : isi tulisan ini tentang makanan. Please baca setelah buka kalau anda merasa gampang tergoda.
-----------------
Tahu mie instant yang dijual dalam wadah styrofoam, dong ?
Saya menyebutnya pop mie, kebiasaan menyebut merek, berhubung merek ini yang saya kenal duluan. Kalau menurut Nissin, nama resminya cup noodles.
Sama seperti orang indonesia yang menggemari mie instant, banyak orang Jepang yang bisa dibilang cup noodles freak.
Cup noodles (orang Jepang menyebutnya cup ramen atau cup men) selain murah, mudah didapat, cepat saji, dan banyak variasinya. Cocok dengan karakter orang Jepang yang (sok) sibuk. Cup ramen dijual di convenience store dengan harga sekitar seratus yen (= 8000 rupiah untuk kurs 1 yen = 80 rupiah). Harga ini sangat murah kalau dibandingkan dengan rata-rata uang yang harus dikeluarkan untuk makan siang di daerah perkantoran, sekitar 800 yen. Variasi rasanya juga banyak, mulai dari rasa standard Jepang : shio aji (rasa asin), shoyu aji (rasa kecap Jepang), sampai rasa-rasa aneh yang nggak bisa saya sebutkan karena belum pernah saya coba. Di dekat kantor saya ada 3 convenience store, dan tiga-tiganya menyediakan satu deret rak khusus untuk cup ramen ini.
Selain jenis mie rebus seperti yang dijual di Indonesia, di Jepang sini juga dijual jenis mie goreng, soba, udon, spageti, dan haru same. Jenis yang terakhir paling saya suka karena rendah kalori dan banyak yang rasanya agak pedas. Belakangan ini muncul cup ramen mahal, yang katanya diproduksi oleh koki restoran ramen (mie) terkenal. Cup ramen jenis ini kemasannya lebih bagus, dengan isi daging atau sayuran kering lebih banyak dari cup ramen biasa. Harganya pun tiga - empat kali lipat dari cup ramen biasa.
Karena murah dan cepat saji, jangan heran kalau ada bapak-bapak berpakaian jas rapi, dan makan cup ramen di taman dekat perkantoran. Karena convenience store pun menyediakan air panas gratis, cup ramen yang dibeli bisa langsung 'dimasak' dan dimakan 3 menit sesudahnya. Pemandangan bapak-bapak-berjas-makan-cup-ramen ini juga sering terlihat di kantor saya. Cup ramen memang makanan praktis buat mereka yang (sok) tidak punya waktu mengantri di restoran, atau yang tidak cukup budget seperti Pak Gula yang saya ceritakan kemarin.
Menurut wikipedia, cup ramen diciptakan oleh Nissin tanggal 18 September 1971, dan menjadi hit setelah televisi meliput kejadian kejadian mountain cottage asama, dan menayangkan adegan saat regu penyelamat makan cup ramen di tengah hawa dingan. Setelah kejadian ini, cup ramen mulai banyak dikonsumsi oleh orang Jepang dan juga diekspor ke negara lainnya.
Jenis cup noodles yang dikeluarkan di seluruh dunia katanya ada lebih dari 1000 jenis. Di Jepang sendiri, Nissin memproduksi lebih dari 298 jenis, Myojo Foods 173 jenis, Maruchan 189, Acecook 181 jenis, dan masih banyak lagi produsen-produsen lainnya.
Mas ini pernah mencoba hanya makan cup ramen selama 30 hari (cup ramen version of Super Size Me). Hasilnya, dia berkesimpulan bahwa nutrisi yang seharusnya diperlukan manusia hanya diperoleh separuh, sedangkan yang tidak perlu malah berlebihan. Rinciannya : kalori per hari rata-rata1299 kcal (rata-rata yang diperlukan oleh laki-laki dewasa sekitar 2500 kcal) dengan kandungan lemak 33%, kandungan garam 19 g (kebutuhan rata-rata di bawah 10 g), dan protein 34 g (kebutuhan 70 g).
Sedangkan orang-orang kurang kerjaan yang ada di video ini bereksperimen membuat cup ramen bukan dengan air panas, tetapi dengan air biasa. Setelah tiga menit direndam air biasa (tentu saja) mie masih keras. Ditunggu 15 & 30 menit, mie masih agak keras meskipun bagian bawah sudah cukup lembek.Setelah lebih dari satu jam, mie akan menjadi lembek tapi lebih terasa seperti makan tepung ketimbang makan mie. Kesimpulannya : kalau mau makan cup ramen, silahkan gunakan air panas.
Selain itu, orang-orang kurang kerjaan lain yang saya temukan di internet mengatakan bahwa cup ramen itu akan enak dimakan dengan susu (katanya sih seperti risotto gitu), atau dengan teh jepang (yang pahit ya, jangan yang manis). Ada yang mau nyoba ?
Oh ya, berdasarkan data dari sini, Indonesia ternyata menempati ranking kedua sebagai pemakan mie instant (termasuk cup ramen) terbanyak di seluruh dunia.
Monday, October 09, 2006

Pak Gula

Di kantor saya ada seseorang yang saya anggap sebagai biang gosip. Bukan, dia bukan ibu-ibu gendut cerewet berdandan menor. Bayangkan dia seorang bapak-bapak umur akhir 40-an, setengah botak, dan berkaca mata. Namanya, kalau diterjemahkan ke bahasa Indonesia bisa berarti “gula dan garam“. Weird name, eh?
Sebagai tambahan, nama keluarga paling populer di Jepang: Sato, dalam bahasa Indonesia bisa berarti gula.
Eh, sebenarnya karakter kanji nama "sato" dan gula "sato" itu beda. Kalau melihat kanjinya, arti sebenarnya nama "sato" itu bukan gula, tapi kalau hanya disebut "sato" saja tanpa melihat kanjinya, bisa berarti gula. Bingung? Ya sudahlah…
Kembali ke bapak penggosip tadi. Saya sebut saja bapak penggosip ini Pak Gula, ok?
Pak Gula ini punya posisi tetap di pojok ruangan.
Sebenarnya meja kerja di kantor kami sistemnya free, siapapun yang datang terlebih dahulu ke kantor boleh memilih posisi yang diinginkan. Siapa cepat dia dapat. Di ruangan tempat pegawai kerja, ada 5 meja besar, tanpa partisi, sehingga pegawai bebas memilih mau duduk di sisi mana saja. Semua pegawai dibekali laptop, jadi bisa bebas bekerja dengan posisi apa saja. Meskipun jumlah total pegawai di kantor Tokyo ada kurang lebih 50 orang, sebagian besar bekerja di tempat klien, dan hanya waktu-waktu tertentu jika project selesai pegawai kembali bekerja di kantor. Biasanya paling-paling hanya ada sekitar 10 orang ada di kantor, termasuk Pak Gula yang saya ceritakan tadi.
Sejak bapak ini pindah ke kantor saya awal tahun ini, dia memilih duduk di posisi pojok, yang bebas dari lalu larang orang di belakangnya. Tahu kan, kerja dengan komputer rasanya risih kalau ada orang lewat di belakang, jangan-jangan nanti ketahuan kalau lagi main solitaire... Mungkin bapak ini merasa kurang nyaman dengan konsep free space di kantor kami, sehingga dia menyusun beberapa karton tempat dokumen, mengelilingi meja tempatnya bekerja. Kami menyebut deretan karton ini tembok berlin.
Bapak ini sepertinya ingin menciptakan lingkungan tertutup untuk dirinya sendiri. Tapi anehnya, dia selalu berbicara dengan suara super keras waktu menelepon. Oh ya, bapak ini profesinya sebagai sales di kantor kami, jadi frekuensi hubungan perteleponan sangat sering. Sedangkan pegawai yang lain biasa bekerja dengan diam, paling hanya suara ketikan keyboard saja.
Awalnya memang terasa terganggu kalau si bapak ini mulai menelepon. Tapi, setelah semakin lama didengarkan, percakapan telepon Pak Gula ini semakin menimbulkan daya tarik tersendiri. Dengan hanya mendengarkan suara satu arah (suara si bapak saja), kita bisa berimajinasi sebenarnya apa yang terjadi di telepon itu. Misalnya begini:
PG (Pak Gula): moshi moshi, ini saya Gula yang dulu kerja di kantor ABC consulting.
LB (Lawan Bicara, hasil imajinasi saya): oh Pak Gula, apa kabar pak?
PG: Baik-baik saja. Iya nih, sekarang saya udah pindah kantor. Abis gimana ya, kantor ABC itu udah ga beres. Orang-orangnya aja dah pada keluar. Mana proyeknya ga ada lagi. Konsultan seniornya aja tinggal satu orang, itu tuh yang waktu itu ikut proyeknya pasar malem… bla bla bla…
LB, berusaha motong pembicaraan: Oh ya, oh ya, haik, haik, Jadi maksud bapak nelpon kesini apa?
PG: Eh iya yah… Gini nih. Kantor baru saya ini lagi ada proyek nih, tapi kurang orang. Situ ada orang yang bisa saya pinjem nggak?
LB: Ada sih, tapi orang India, gimana?
PG: Wah kalo bisa jangan orang India deh. Dulu saya pernah dapet satu. Emang sih tekniknya pada jago, tapi bahasa jepangnya berantakan banget. Ga mau ngerti orang Jepang maunya apa. Mana suka telat lagi. Duh pokoknya, kalo bisa jangan orang asing deh, susah diaturnya!
S (saya, sambil nyengir-nyengir, merasa jadi bagian dari topik pembicaraan, kan saya juga orang asing!): dum du du dum…
TKS (Teman Kantor Saya, melirik saya sambil ikut nyengir): …
LB: Wah adanya cuman dia, Pak! Gini aja deh, kalau nanti ada yang available, saya telpon bapak deh!
PG: Yah… sayang banget, padahal ini proyek lumayan loh! Ya udah deh kalo gitu saya tunggu teleponnya!
---
Begitulah, bapak ini memang terkenal suka membicarakan orang lain di telepon, dengan suara keras pulak! Apalagi sepertinya dia tidak bisa menerima orang asing. Awalnya saya pikir, karena dia masih baru dan saya lebih sering ke tempat klien ketimbang di kantor, dia seenaknya menjelekkan orang asing meskipun tahu ada saya di dekat situ. Kenyataannya, hal ini tetap saja terjadi sampai sekarang.
Tapi kalau lama-lama diperhatikan, berkat suara telepon si Pak Gula ini, saya jadi tahu gosip-gosip terbaru seputar 'teman' kantor. Apalagi suasana kantor sehari-hari itu jadi terasa sunyi sepi kalau si bapak ini tidak ada. Lewat percakapan satu arah Pak Gula, dan dengan didukung oleh daya imajinasi saya yang cukup bisa diandalkan (!), saya jadi tahu kalau :
- si Ali ternyata sering dimarahi project managernya karena sering pulang cepat, dengan alasan istrinya hamil.
- si Bejo ternyata kena depresi dan sering bolos kerjaan.
- si Codot pernah dimarahi klien karena telat meeting, janjinya jam 10 ternyata di baru muncul jam 12, gara-gara telat bangun, dan akhirnya sang klien mengancam nggak mau membayar biaya proyek...
dan lain lain...
Setiap saya 'pulang' ke kantor setelah selesai proyek di tempat customer, saya selalu mencari tahu kabar terbaru lewat teman kantor yang mendengar suara telepon Pak Gula.
Suatu hari saya mendengar bahwa kebiasaan si bapak ini mereda setelah Pak kepala divisi memanggil Pak Gula, dan memperingati supaya berita-berita kurang baik jangan sampai terdengar di antara pegawai lain. Peringatan ini sepertinya memang membuat Pak Gula sedikit mengerem kebiasaannya, sampai suatu hari saya mendengar suara telepon si bapak, ketika sedang menelepon istrinya :
"Loh, kok bisa sih kamu membiarkan dia membeli itu barang ! Itu kan mahal banget ! APA ? PAKE KARTU KREDIT DICICIL SATU TAHUN ? Kamu sih, nggak bisa mendidik anak sendiri ! Memangnya gampang cari duit ! Kamu yang cuma di rumah aja kok nggak bisa ngatur anak... !!
Hari itu juga saya tahu alasan kenapa Pak Gula selalu makan roti dan pop mie di mejanya untuk makan siang...
Thursday, October 05, 2006

Teman

Orang Indonesia dengan gampang menyebut orang lain sebagai teman. Teman sekelas, teman sekolah, teman kantor, teman nge-blog... Bahkan ketemu sesama orang Indonesia di depan kedutaan pun bisa disebut teman, teman se-Indonesia ?
Diskusi dengan murid bahasa Indonesia saya membuat saya tersenyum. Kebanyakan orang Indonesia, termasuk saya, waktu memperkenalkan seseorang kepada orang Jepang berkata : "Ini teman saya, watashi no tomodachi desu."Padahal yang dikenalkan bukan benar-benar 'teman' yang bersedia bersama di waktu suka dan duka. Berbeda dengan orang Jepang, yang sepertinya jarang sekali menganggap seseorang sebagai 'teman' kecuali jika memang benar-benar telah akrab dan bisa berbagi kesusahan. Saya perhatikan mereka lebih sering memakai kata-kata 'kenalan' (shiriai), untuk menunjuk orang yang tidak begitu akrab. Kebanyakan memang lebih spesifik seperti 'classmate' (doukyusei), 'rekan kerja seangkatan' (douryo), 'atasan' (joushi), 'senior' (sempai) - untuk menyebut orang yang masuk kantor/sekolah lebih dulu, 'junior' (kouhai) - untuk orang yang masuk kantor / sekolah belakangan.
Tapi mungkin justru disitu letak flexible-nya bahasa Indonesia. Nggak usah mikir terlalu detil, semua dibuat sama, pakai 'teman' saja...
Atau menunjukkan bahwa orang Indonesia memang besar hati menganggap semua orang adalah 'teman' ?
Tuesday, October 03, 2006

Where is my Alex ?

Sabtu kemarin saya nonton filmnya Mas Keanu, The Lake House. Nggak tahu kapan film ini muncul di bioskop Indonesia, yang jelas film ini baru keluar di Jepang dua minggu lalu. Very romantic movie, asal jangan mikir detail yang nggak masuk akal.
Buat yang belum nonton, ceritanya begini. Seorang dokter Kate (yang main Sandra Bullock) merasa kesepian dan tertekan, datang ke sebuah rumah di tepi danau tempat dia pernah tinggal beberapa waktu lalu. Sebagai penghuni lama, si Kate ini menulis surat yang sebenarnya ditujukan untuk penghuni berikutnya, yang isinya meminta supaya kalau ada surat yang nyasar, tolong dikirim kembali ke alamatnya Kate. Surat ini dimasukkan ke dalam pos surat rumah danau itu, dan ternyata malah ditemukan oleh Alex (Mas Keanu), yang waktu hidupnya dua tahun lebih awal dari waktunya si Kate. Dari situlah mulai jalan cerita cinta Kate & Alex, yang terpisahkan waktu.
Lepas dari jalan cerita yang agak membutuhkan imajinasi, cerita seperti ini sepertinya memang bikin cewek, terutama yang single & masih menunggu (bukan saya loh) menghela napas... ahh...
Wish I could find my Alex somewhere somehow...
Kapan yah, bisa ketemu sama my prince charming ? Mungkinkah dia datang dengan kuda putih ? Atau dengan ferarri merah ? Atau naik taxi ? ojek ? Ataukah lewat surat seperti di film ?
Pembicaraan dengan teman kantor waktu jam makan siang membuat saya teringat film ini. Teman saya itu, cewek Jepang, awal 30 tahun-an, masih single, dan selalu mengeluhkan kenapa di kantor kami tidak pernah ada cowok ganteng, dan kenapa susah banget ketemu someone semenjak jadi orang kantoran.
Nggak cuma mbak ini saja yang sering mengeluhkan prince charming-nya. Teman kantor saya yang lain, masih single dan berusia di atas 30 juga, selalu berkata bahwa dia tidak akan menemukan jodohnya di Jepang. Padahal mbak yang ini, selalu tidak pernah berani mengajak bicara cowok bule ganteng yang ditemukannya saat dinas luar negeri ke Eropa.
Di saat orang Indonesia dengan enaknya kawin berkali-kali, teman-teman Jepang saya masih bingung soal jodoh. Oh, jangankan jodoh, sekedar teman dekat lawan jenis yang bisa diajak jalan bareng pun nggak ada...
Padahal, sarana pencarian teman hidup bukannya tidak ada di Jepang ini. Lihat saja iklan di kereta, iklan di internet, tempelan kertas di telepon umum. Sebagian besar adalah iklan agen pencari jodoh. Mulai untuk yang masih malu-malu, yang ingin pandangan pertama yang romantis, sampai yang vulgar dengan tujuan pemenuhan kebutuhan biologis.
Teman saya ini juga tidak jarang ikut gokon, acara ketemuan antara beberapa orang cewek dan cowok, dengan harapan bisa terjadi 'reaksi kimia' di antara pasangan cowok & cewek.
Bicara soal gokon, murid bahasa Indonesia saya, 31, single, pernah menanyakan apakah ada acara gokon di Indonesia. Saya bilang, acara pencarian jodoh pasti ada, meskipun caranya agak berbeda dengan apa yang dilakukan orang Jepang saat gokon. Tapi murid saya ini tertawa ketika saya menunjukkan kolom kontak jodoh, berhubung kolom mengiklankan diri di koran seperti ini bukan hal lazim di Jepang. Ketika sebagai PR, saya suruh dia membuat kontak jodoh sendiri, begini tulisannya :
Wanita, 31 tahun, single, pekerjaan desainer kaca mata.
Tinggi 161 cm, berat 45 kg. Agama Budha. Suka memasak, punya senyum manis.
Mencari pria, umur di atas 31 tahun, tinggi di atas 161 tahun.
Punya pekerjaan sejenis, dan punya sense yang bagus. Agama sama.
Penghasilan lebih dari 8 juta yen setahun.

Ada yang berminat ?
kategori tulisan lama

kumpulan foto

Shopping yuk !

Satu Cinta Lingerie Apa Impian Anda ?

shoutbox

sponsor & link

Powered by Blogger
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com
BlogFam Community
blog-indonesia
Get Firefox!
JANGAN ASAL COPY PASTE..

email me
created by emiliana dewi aryani
@ 2004 - 2011