Where is my Alex ?
Sabtu kemarin saya nonton filmnya Mas Keanu, The Lake House. Nggak tahu kapan film ini muncul di bioskop Indonesia, yang jelas film ini baru keluar di Jepang dua minggu lalu. Very romantic movie, asal jangan mikir detail yang nggak masuk akal.Buat yang belum nonton, ceritanya begini. Seorang dokter Kate (yang main Sandra Bullock) merasa kesepian dan tertekan, datang ke sebuah rumah di tepi danau tempat dia pernah tinggal beberapa waktu lalu. Sebagai penghuni lama, si Kate ini menulis surat yang sebenarnya ditujukan untuk penghuni berikutnya, yang isinya meminta supaya kalau ada surat yang nyasar, tolong dikirim kembali ke alamatnya Kate. Surat ini dimasukkan ke dalam pos surat rumah danau itu, dan ternyata malah ditemukan oleh Alex (Mas Keanu), yang waktu hidupnya dua tahun lebih awal dari waktunya si Kate. Dari situlah mulai jalan cerita cinta Kate & Alex, yang terpisahkan waktu.
Lepas dari jalan cerita yang agak membutuhkan imajinasi, cerita seperti ini sepertinya memang bikin cewek, terutama yang single & masih menunggu (bukan saya loh) menghela napas... ahh...
Wish I could find my Alex somewhere somehow...
Kapan yah, bisa ketemu sama my prince charming ? Mungkinkah dia datang dengan kuda putih ? Atau dengan ferarri merah ? Atau naik taxi ? ojek ? Ataukah lewat surat seperti di film ?
Pembicaraan dengan teman kantor waktu jam makan siang membuat saya teringat film ini. Teman saya itu, cewek Jepang, awal 30 tahun-an, masih single, dan selalu mengeluhkan kenapa di kantor kami tidak pernah ada cowok ganteng, dan kenapa susah banget ketemu someone semenjak jadi orang kantoran.
Nggak cuma mbak ini saja yang sering mengeluhkan prince charming-nya. Teman kantor saya yang lain, masih single dan berusia di atas 30 juga, selalu berkata bahwa dia tidak akan menemukan jodohnya di Jepang. Padahal mbak yang ini, selalu tidak pernah berani mengajak bicara cowok bule ganteng yang ditemukannya saat dinas luar negeri ke Eropa.
Di saat orang Indonesia dengan enaknya kawin berkali-kali, teman-teman Jepang saya masih bingung soal jodoh. Oh, jangankan jodoh, sekedar teman dekat lawan jenis yang bisa diajak jalan bareng pun nggak ada...
Padahal, sarana pencarian teman hidup bukannya tidak ada di Jepang ini. Lihat saja iklan di kereta, iklan di internet, tempelan kertas di telepon umum. Sebagian besar adalah iklan agen pencari jodoh. Mulai untuk yang masih malu-malu, yang ingin pandangan pertama yang romantis, sampai yang vulgar dengan tujuan pemenuhan kebutuhan biologis.
Teman saya ini juga tidak jarang ikut gokon, acara ketemuan antara beberapa orang cewek dan cowok, dengan harapan bisa terjadi 'reaksi kimia' di antara pasangan cowok & cewek.
Bicara soal gokon, murid bahasa Indonesia saya, 31, single, pernah menanyakan apakah ada acara gokon di Indonesia. Saya bilang, acara pencarian jodoh pasti ada, meskipun caranya agak berbeda dengan apa yang dilakukan orang Jepang saat gokon. Tapi murid saya ini tertawa ketika saya menunjukkan kolom kontak jodoh, berhubung kolom mengiklankan diri di koran seperti ini bukan hal lazim di Jepang. Ketika sebagai PR, saya suruh dia membuat kontak jodoh sendiri, begini tulisannya :
Wanita, 31 tahun, single, pekerjaan desainer kaca mata.
Tinggi 161 cm, berat 45 kg. Agama Budha. Suka memasak, punya senyum manis.
Mencari pria, umur di atas 31 tahun, tinggi di atas 161 tahun.
Punya pekerjaan sejenis, dan punya sense yang bagus. Agama sama.
Penghasilan lebih dari 8 juta yen setahun.
Ada yang berminat ?