You are what you eat ?
Siang ini, teman-teman lab mengajak saya makan di restoran Brazil. Menunya daging all you can eat. Pelayan membawakan daging steak besar ke meja, memotongnya di depan masing-masing orang. Enak, tentu saja. Yang jadi perhatian saya, tidak semua daging itu matang sampai di dalamnya. Iya sih, saya tahu steak itu ada yang well-done, medium , dan rare. Tapi jujur saja, saya masih tidak bisa makan melihat cairan merah keluar perlahan dari daging itu. Padahal, teman saya bilang, justru bagian yang masih merah itu yang enak. Bahkan daging super mahal (yang harganya bisa jutaan rupiah itu), paling enak dimakan sebagai sashimi. Mentah, rasa daging asli. Hah, makasih deh. Jadi ingat, bapak saya pernah ngambek mengancam mau jadi vegetarian gara-gara menemukan ayam goreng yang belum sepenuhnya matang di rumah.Ngomong-ngomong soal makanan mentah, saya sampai sekarang juga masih belum bisa makan telur mentah. Kalau makan yakiniku atau shabu-shabu, biasanya orang Jepang mencelupkan dagingnya ke telur mentah dulu sebelum dimakan. Begitu juga kalau makan gyudon (nasi dengan irisan daging di atasnya), biasanya di beri toping telur mentah.
Katanya sih enak. Tapi saya selalu merasa telur mentah itu bau amis. Ga selera deh.
Aniway, tempe pun juga dimakan mentah sama orang Jepang.
Masih soal kebiasaan makan, suatu hari saya bawa bekal makan siang ke lab. Nasi, sayur, lauk, dan ga ketinggalan krupuk udang. Seorang teman saya -- orang Jepang, langsung berkomentar : "loh, itu kan sembei *, masak kamu makan sembei sama nasi sih ? " Saya langsung bilang, "iya. enak kok. coba aja " Dia cuma mengernyitkan dahi, dan saya meneruskan makan saya.
Satu lagi, tadi teman-teman menertawakan saya, karena saya bilang kalau buah advokad itu enak diblender trus dikasih gula dan susu coklat kental. "No way !" katanya. Saya pikir, ga kreatif amat, masak advokad bisanya cuma dimakan mentah sebagai salad. Padahal mereka bisa kasih saran, kalau semangka itu enak dimakan dengan taburan garam.
*sembei : kerupuk, biasanya dimakan untuk cemilan, bukan sebagai lauk.