Tempe
Waktu kecil, saking seringnya menu tempe keluar di meja makan, saya tidak pernah merasa benar-benar menyukai makanan ini. Tapi setelah sekarang tinggal di negeri orang, lidah daun singkong saya kadang-kadang rindu makanan murah ini.
Mungkin banyak yang sudah tahu, tempe ini juga terkenal di Jepang. Terlebih dengan adanya kecenderungan boom-nya makanan kesehatan yang makin marak belakangan ini, tempe yang mengandung isoflavone dipercaya sangat baik bagi kesehatan dan kecantikan. Dan ternyata Jepang sangat serius menggarap makanan dari kedelai ini. Tempe, dijuluki 'Indonesia no nato*', mulai diproduksi dalam jumlah besar, dan bukan 'cuma' dihasilkan oleh industri rumah tangga, tapi juga oleh pabrik yang mengutamakan kebersihan. Orang Jepang bahkan membuat kursus masak tempe dan melakukan riset masakan tempe.
Lalu, bagaimana cara orang Jepang memakan tempe ?
Pertama, (menurut mereka) tempe itu enak juga dimakan mentah. Waw... Yang bisa dimakan mentah tidak hanya ikan (sashimi), daging, telur, tapi juga tempe. Salah satu web site yang menjual tempe bahkan memuat tulisan peringatan : Di Indonesia tidak ada orang yang makan tempe mentah-mentah...
Selain itu, tempe juga bisa digoreng. Hanya bedanya dengan di Indonesia, orang Jepang tidak menambahkan bumbu (bahkan garam sekalipun) pada saat penggorengan. Tempe goreng dimakan dengan lobak parut dan kecap jepang, dicampur dengan salad, atau dibumbu gula sebagai teman minum sake. Hm, inovasi masakan seperti ini juga perlu dikembangkan di Indonesia ya...
Oh ya, tempe sebenarnya bukan makanan murah di Jepang. Satu kantong plastik dengan berat sekitar 150 gram dijual dengan harga 300 yen. Dengan harga yang sama anda bisa membeli daging sapi impor Australia sekitar 300 gram.
*nato : makanan Jepang yang terbuat dari kedelai dan sama-sama diragi, tetapi berlendir dan bau. Juga dianggap makanan yang baik bagi kesehatan.