daun singkong
tentang jepang dan indonesia
di mata seorang penggemar sayur daun singkong
Wednesday, April 22, 2009

Beasiswa Monbukagakusho untuk S2 / S3

Informasi Beasiswa Monbukagakusho
Program Research Student 
Keberangkatan 2010 untuk Umum 

link dari : http://www.id.emb-japan.go.jp/sch_rs.html
________________________________

Pendaftaran untuk keberangkatan tahun 2010 telah dibuka pada 20 April 2009 dan akan ditutup pada tanggal 22 Mei 2009. 

Download: forms     Requirement (English)  (Japanese)
________________________________

Program ini ditujukan untuk mereka yang berminat dalam program research student di perguruan tinggi di Jepang.
Peminat pada waktu menjalani research student diperbolehkan melamar ke program degree (S-2 / S-3 / professional graduate course) atau meneruskan program S-3 setelah menyelesaikan program S-2 / professional graduate course, apabila lulus seleksi tes ujian yang diberikan oleh universitas yang bersangkutan.
Peminat juga dapat langsung masuk ke program degree tanpa mengikuti research student apabila telah mendapatkan izin dari universitas yang bersangkutan. Beasiswa diberikan tanpa ikatan dinas, mencakup biaya kuliah dan biaya hidup.
________________________________
PERSYARATAN 
________________________________

1. Lahir pada dan setelah tanggal 2 April 1975.
2. IPK minimal 3.0 baik S-1 maupun S-2 (atau nilai EJUminimal 260 dalam jumlah 2 mata ujian tidak termasuk Bahasa Jepang)
3. Nilai TOEFL-PBT minimal 550 atau TOEFL-CBT minimal 213 atau TOEFL-IBT minimal 79 atau ekuivalen, atau nilai Japanese Language Proficiency Test minimal level 2.
4. Memilih bidang studi yang sama dengan disiplin ilmu sebelumnya.
5. Bersedia belajar Bahasa Jepang.
6. Sehat jasmani dan rohani.
7. Pelamar harus membaca dan memahami lampiran keterangan secara teliti. 
Download Requirement (English) (Japanese)
________________________________
CARA PELAMARAN 
________________________________

1. Formulir dapat diambil di Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang, Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya dan Medan atau bisa download dari halaman ini. 
2. Formulir beserta dokumen yang diminta harus dibawa/ dikirim langsung ke Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta (bukan ke Konsulat Jenderal Jepang).
3. Pendaftaran dibuka pada tanggal 20 April 2009 sampai dengan tanggal 22 Mei 2009.
4. Siapkan dokumen sesuai dengan lampiran no. 7.
Download:
Form-form yang dapat di-download dari sini adalah :
- Application Form 
- Field of Study and Study Program 
- Recommendation Form 
- Certificate of Health 
download forms
________________________________
TAHAP PENYELEKSIAN 
________________________________

1. Kedutaan Besar Jepang melakukan seleksi dokumen, dan akan memberitahukan kepada mereka yang lolos 1 (satu) minggu sebelum ujian tertulis. (Kurang lebih 100 pelamar dipilih melalui seleksi dokumen ini.)
2. Ujian tertulis Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris akan dilaksanakan di Jakarta, Surabaya, Medan pada awal Juni 2009. (Bahasa Inggris sebagai ujian pilihan. Nilai yang lebih tinggi akan dipakai untuk pertimbangan seleksi.) 
3. Wawancara akan diadakan di Jakarta bagi seluruh peserta ujian tertulis dari pada bulan Juli 2009 sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh Kedubes Jepang (biaya transportasi dan akomodasi tidak disediakan Kedubes Jepang).
4. Bagi yang lolos seleksi di Kedubes Jepang, akan diberikan surat keterangan sbb: 1 (satu) berkas formulir beserta dokumen yang telah diberi stamp Kedubes Jepang, surat keterangan untuk perguruan tinggi di Jepang, dan lembar "Letter of Acceptance". Pelamar boleh memilih maksimal 3 (tiga) perguruan tinggi untuk mendapatkan izin penerimaan sebagai mahasiswa program degree atau research student, atau "Letter of Acceptance" (izin penerimaan tidak resmi) sebagai research student.
5. Untuk mencari informasi perguruan tinggi di Jepang, silakan lihat website berikut:
Directory Database of Research and Development atau 
Asian Students Cultural Association.
6. Harap mengirimkan surat izin atau Letter of Acceptance dari perguruan tinggi Jepang secepat mungkin ke Kedubes Jepang.
7. Kedubes Jepang akan merekomendasikan peserta ke MEXT.
8. Peserta akan menjadi penerima beasiswa jika lolos seleksi di MEXT.
________________________________
CATATAN 
________________________________

Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi : 
Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang 
Jl. MH Thamrin no.24 Jakarta 11350
Telp. (021) 3192-4308 ext.175 atau 176
Tuesday, April 07, 2009

Hai Cewek, bisa masak ?

Kalau saya mendapat pertanyaan di atas sepuluh tahun yang lalu, kalau jujur, saya akan menjawab, "Nggak dong. Lagian, bwat apa getooh ! Secara di rumah gw ada pembokat getooh !"  ** bohong ding, sepuluh tahun lalu gaya bahasa saya lebih sopan koq ^-^  **

Single, tinggal dengan orang tua, dan punya pembantu. Lengkap sudah alasan saya untuk sama sekali tidak mau terlibat urusan dapur. Lah, kalaupun nggak bisa masak, kan masih banyak orang jualan makanan. Apalagi di daerah sekitar rumah orang tua saya. Nggak sampai jalan kaki semenit, sudah ketemu bermacam-macam jenis masakan. Dari tegal sampai padang. Dari ayam sampai kambing. 

BTW, kenapa kok saya tiba-tiba cerita hal nggak penting kayak gini ? 

Kemarin, iseng-iseng saya baca blognya seorang ekspat Jepang yang kerja di Jakarta. Ekspat ini mengungkapkan rasa herannya, bahwa sebagian besar cewek Jakarta, terutama yang single dan kerja kantoran, ternyata tidak bisa masak. 

Kos-kosan di Jakarta yang rata-rata tidak menyediakan fasilitas dapur, menjadi salah satu alasan kenapa cewek Jakarta yang tinggal di kos-kosan tidak bisa masak. 

Yang terlintas di benak saya waktu membaca tulisan si mas ekspat itu, "Ya iyalah. Buat apa juga masak di kos. Kan lebih praktis beli di warung." 

Lagipula, ini kan berlaku juga untuk mereka yang tidak tinggal di kos-kosan. Tinggal di rumah (orang tua) pun, biasanya keluarga di Jakarta punya pembantu. Ya kan ? 
Nggak usah repot-repot ngulek bumbu, kecipratan minyak panas, repot mencuci piring, tinggal kasih order saja, makanan sudah terhidang di depan mata. Eh, saya nggak ngomongin anda-anda yang memang hobi masak loh. Saya cuma ngomongin ... saya, waktu masih muda dan single ^-^

Saya ingat waktu masih kuliah di Tokyo, beberapa kali saya ditanya orang Jepang, "Kamu kalau masak, bikinnya masakan Indonesia atau Jepang ?"
Saya jawab, "Campuran." Alasannya, masakan Jepang kurang nendang di lidah, sedangkan masakan Indonesia, susah cari bumbunya. 
Ini sebenarnya untuk menghindari permintaan, "Ayo dong, undang kami mencicipi masakan negara kamu yang katanya uenak itu !"
Dan alasan sebenarnya, ya itu itu, saya nggak bisa masak. 
Bukan cuma susah cari bawang merah dan cabai (harus ke Ueno, jauh !), tapi sebenernya, ssst, saya memang nggak bisa ngulek. Padahal udah susah-susah ngeberatin bagasi yang diisi ulekan loh. Tapi tetep aja ulekan itu jarang dipake. 

Padahal kalau saya bandingin dengan teman-teman cewek saya yang orang Jepang, saya lihat mereka rata-rata bisa masak. Biarpun katanya nggak jago. 

Iya dong, masakan Jepang kan gampang. Cuma kasih shoyu, mirin, sato... paling bumbunya itu-itu aja. 
Bandingkan dengan masakan Indonesia. Bumbunya aja segambreng. Belum lagi banyak yang mirip-mirip. Merica sama ketumbar. Jahe sama lengkuas. Kunyit, kencur, dan lain-lain dan lain-lain.

Tapi latar belakang yang lebih masuk akal adalah, karena kita (saya) memang dimanja pembantu. Sedangkan di Jepang, orang biasa mana ada yang punya pembantu. 

Orang Jepang itu banyak yang menganggap masakan ibunya yang paling enak. Ofukuro no aji. Mother's cooking. Makanya banyak temen cowok saya orang Jepang, yang kalau ditanya, cewek ideal yang kayak apa, jawabannya, selain cantik dan seksi, juga harus pinter masak.

Mungkin ini yang bikin mas ekspat yang blognya saya baca kemarin itu kecewa yah. Cewek Jakarta banyak yang cakep dan seksi, tapi pada nggak bisa masak. Turun harga deh.

Aniwei, lanjut cerita tentang saya. 
Saya sendiri baru bener-bener belajar masak, termasuk urusan ulek mengulek, setelah punya anak. Waktu masih berdua sih sering beli. Lebih praktis kan ? Lagi pula, saya masih kerja di kantor waktu itu. Tapi setelah dipikir-pikir, masakan di warteg itu sebenarnya banyak yang overcook, berminyak (yang kita nggak tahu minyaknya sudah dipakai berapa lama), yang tentu saja semakin beresiko buat saya yang punya keturunan penyakit macam-macam. 

Jadi, ceritanya saya lagi idealis nih. Lagi latihan masak tiap hari. Mau saya, anak saya nanti bisa terkesan dengan his mother's cooking. Bukan warteg's cooking. 

Wish me luck ! 
 
kategori tulisan lama

kumpulan foto

Shopping yuk !

Satu Cinta Lingerie Apa Impian Anda ?

shoutbox

sponsor & link

Powered by Blogger
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com
BlogFam Community
blog-indonesia
Get Firefox!
JANGAN ASAL COPY PASTE..

email me
created by emiliana dewi aryani
@ 2004 - 2011