daun singkong
tentang jepang dan indonesia
di mata seorang penggemar sayur daun singkong
Friday, May 13, 2005

TV, my best teacher

Bulan-bulan pertama saya tiba di Jepang, tekanan besar yang saya hadapi adalah masalah komunikasi. Meski sudah berbekal ilmu bahasa Jepang yang saya pelajari dari kursus di Jakarta, rasanya pembicaraan dengan orang Jepang kok tidak pernah nyambung. Entah cara bicara mereka yang terlalu cepat sehingga saya tidak bisa menangkap apa yang dikatakan, atau cara bicara saya yang terlalu sesuai dengan buku pegangan, sehingga dianggap aneh dan membosankan.

Yang tidak menguntungkan, teman-teman Jepang di lab bukanlah orang-orang yang senang bergaul, tapi lebih senang menekuni buku dan komputer. Keadaan seperti ini secara tidak langsung memaksa saya belajar bahasa lewat cara lain: menonton TV.

Dengan kemampuan daya tangkap yang terbatas, sudah pasti tidak mudah memahami isi acara TV. Kalau di Indonesia dulu bisa menikmati drama Jepang yang disertai sub-title bahasa Indonesia, menonton TV di Jepang membuat saya belajar menebak 'situasi' adegan demi adegan dengan mencoba mengerti pembicaraan yang hanya sepatah-patah tertangkap telinga.

Percakapan sepotong-potong yang kerap didengar lewat iklan (TV commercial), jadi andalan saya untuk menambah daftar kosa kata baru. Hafalkan saja dulu, kalau ada waktu periksa artinya. Sekalian sebagai latihan pengucapan. Belakangan saya sadar, tidak semua kata-kata yang muncul di iklan TV itu benar dalam tata bahasanya.

Gaya bahasa santai sehari-hari saya pelajari lewat drama. Dengan pengetahuan standar dari buku, pembicaraan dengan orang Jepang hanya terbatas sesuai dengan bahasa Jepang baku. Lawan bicara pun membalas dengan gaya bahasa standar, entah karena menghormati, atau karena takut tidak dimengerti. Padahal, gaya bahasa slang yang non standar sangat menarik untuk diketahui. Rasanya puas kalau bisa mengerti apa yang orang Jepang katakan, apalagi kalau mereka sampai bilang "aduh, kamu kan orang asing, masak kamu tahu kata-kata aneh begituan sih ?" He he he, makanya jangan bilang macem-macem di depan saya donk mbak...

Acara talk show ringan di TV biasanya disertai dengan tulisan singkat yang hurufnya berwarna-warni. Mungkin tulisan ini dimaksudkan membantu pemirsa yang kurang baik pendengarannya. Di satu sisi, tulisan ini sangat membantu saya dalam mempelajari kanji baru. Karakter yang seperti ini, ternyata dibaca begini, yang artinya kira-kira begitu.

Begitu pula dengan acara serius seperti berita. Pasti disertai ringkasan tulisan di bagian bawah. Lumayan untuk menambah kosakata resmi, lebih gampang daripada baca koran yang butuh energi lebih banyak.

Makanya saya jadi maklum kalau ada anak kecil yang tiba-tiba bisa berkomunikasi dengan bahasa asing, meskipun tidak diajarkan oleh orang tuanya. Tiap hari di depan TV, otomatis masuklah kata-kata baru ke otak. Meskipun kadang-kadang kata-kata yang tidak sopan pun ikut masuk...
kategori tulisan lama

kumpulan foto

Shopping yuk !

Satu Cinta Lingerie Apa Impian Anda ?

shoutbox

sponsor & link

Powered by Blogger
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com
BlogFam Community
blog-indonesia
Get Firefox!
JANGAN ASAL COPY PASTE..

email me
created by emiliana dewi aryani
@ 2004 - 2011