daun singkong
tentang jepang dan indonesia
di mata seorang penggemar sayur daun singkong
Thursday, March 10, 2005

Mewah untukku, mewah untukmu

Suatu hari, seorang Jepang bertanya pada saya, "Berapa orang 'maid' yang kamu punya di Indonesia ?". Saya dengan tersenyum menjawab, "Saya punya satu orang yang bertugas membersihkan rumah, satu yang mencucikan pakaian keluarga, dan satu yang mengurus kebun." Jawaban itu dibalas dengan tatapan seperti bermakna "waw !! betapa mewahnya hidup kamu, seperti putri raja yang dikelilingi dayang-dayang..."

Apakah benar itu suatu kemewahan ?

Di rumah keluarga kami, memang ada seorang mbak yang bertugas membersihkan & menjaga rumah. Hal yang wajar di Jakarta, mengingat kedua orang tua saya bekerja, dan kami tidak ingin meninggalkan rumah kosong tanpa penghuni. Untuk mencuci pakaian pun, kami membayar seorang ibu untuk melakukannya. Terlebih karena ada beberapa seprei dari kamar kost yang kami kelola, yang juga harus dicuci secara rutin. Kebun kami, meski tidak bisa dibilang luas, tapi ada tumbuh beberapa tanaman yang butuh perawatan. Tetapi lebih dari itu, mungkin apa yang kami lakukan dengan memperkerjakan beberapa orang di rumah kami, adalah untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Mereka butuh pekerjaan untuk hidup, dan kami akan sangat tertolong dengan keberadaan mereka. Bayangkan berapa jumlah pengangguran yang akan bertambah jika semua orang yang memperkerjakan pembantu di Indonesia memutuskan untuk berhenti mempergunakan jasa mereka. Pasangan suami istri yang dua-duanya bekerja pun akan kerepotan, dan keamanan di Jakarta saya rasa belum cukup bisa diandalkan untuk meninggalkan rumah selalu dalam keadaan kosong, atau dengan anak kecil tinggal sendiri di rumah sepulang sekolah.

On the contrary, menggaji orang orang untuk secara eksklusif membersihkan rumah dan menjaga anak adalah sesuatu yang secara faktor ekonomi sulit dilakukan oleh pasangan suami istri Jepang. Gaji seorang pembantu tidak lebih murah dari mereka yang bekerja sebagai karyawan. Hanya keluarga sangat kaya yang bisa melakukannya.

Hal lain tentang 'kemewahan' yang saya rasakan di Indonesia, adalah soal perawatan rambut di salon. Creambath, selalu masuk dalam jadwal saya setiap pulang ke Indonesia. Dengan layanan pijat pundak dan punggung, bahkan ditambah dengan paket pijat refleksi, saya hanya perlu membayar sepersepuluh harga yang harus saya bayar untuk layanan yang sama di Jepang.

Ironisnya, tidak sedikit orang Indonesia yang menganggap tinggal di luar negeri identik dengan hidup mewah. Ketika bertemu dengan teman lama, saya ditanya "Apakah kamu tinggal di apartemen ?" Saya jawab, "Ya, apartemen dengan satu kamar, balkon, dapur kecil, kamar mandi dengan bathtub, dan toilet." Lagi-lagi, tatapan yang saya dapat seperti mengatakan "enaknya kamu... "

Padahal mengingat harga tanah dan bangunan yang sangat mahal di Tokyo, justru tinggal di apartemen adalah cara tinggal yang lebih masuk akal ketimbang membeli rumah, meskipun rumah tsb terletak di luar kota. Setahu saya, uang muka yang cukup besar, dan cicilan rumah yang tidak kunjung terlunasi sampai masa pensiun, membuat sebuah rumah dengan sepetak taman baru bisa didapat setelah orang bekerja sepuluh tahun. Teman Jepang saya bahkan membelalakan mata ketika saya bercerita keluarga kami bisa memetik sendiri pisang, mangga, dan rambutan dari kebun sendiri.

Kemana-mana naik kereta nyaman di Jepang, mungkin dianggap mewah di Indonesia. Padahal, naik ojek yang bisa diberhentikan dipinggir jalan, dan bisa mengantarkan kita tepat di depan pintu tujuan, adalah hal mewah untuk orang Jepang yang harus jalan kaki ke stasiun kereta terdekat.
kategori tulisan lama

kumpulan foto

Shopping yuk !

Satu Cinta Lingerie Apa Impian Anda ?

shoutbox

sponsor & link

Powered by Blogger
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com
BlogFam Community
blog-indonesia
Get Firefox!
JANGAN ASAL COPY PASTE..

email me
created by emiliana dewi aryani
@ 2004 - 2011