I don't like snow
"Saya ga suka salju !" teman saya berkata merengut, sambil membersihkan sepatunya dari remahan salju. Ini sudah awal Maret, tapi suhu di luar masih dibawah 10 derajat celcius. Bahkan hari ini, salju turun dengan derasnya. Rasanya kehangatan musim semi tidak kunjung datang.Kembali ke teman saya tadi, dia memang berasal dari daerah utara Jepang, Hokaido. Daerah yang selama tiga-per-empat tahun selalu turun salju. Ga heran kalau dia sudah 'eneg' dengan benda putih halus lembut itu. Sama seperti teman kuliah saya orang Indonesia, ketika dia pulang training di Amerika, "Awalnya sih senang lihatnya. Bagus banget. Tapi lama-lama males liatnya. Dingin."
Ho ho, ini sih tidak berlaku untuk saya. Dari kecil pingin banget lihat salju. Bisa sekolah di luar negeri pun, ternyata kebagian di Tokyo yang jarang sekali dituruni salju. Paling-paling setahun 2 atau 3 kali, itu pun kalau beruntung. Pagi hari waktu salju turun, dengan senyum lebar saya buka jendela sambil menggumam "Yuki da ! Salju ! Salju !" Jalan kaki pun, saya pilih jalanan yang masih ada tumpukan saljunya. Nyes, kresek, kresek... senang aja dengar suaranya.
Tapi tunggu dulu. Salju itu enak dinikmati, dipandang dari jendela, sambil duduk di sofa empuk, minum segelas cokelat hangat, diiringi alunan lembutnya Hirai Ken*
Kenyataannya, jalanan jadi super licin karena salju setengah beku. Mobil-mobil susah mengerem, jadi kalau mau menyebrang jalan benar-benar harus yakin ga bakal diseruduk mobil. Kereta yang jadi alat transportasi utama telat dari jadwal, membuat jantung sedikit kebat kebit karena jadwal presentasi pagi ini mepet sekali. Kereta datang pun, benar-benar harus usaha keras bisa masuk ke dalam, saking penuhnya. Orang yang biasa naik mobil pun, hari ini ke kantor naik kereta, sehingga kondisi dalam gerbong sama seperti kaleng sarden. Gencet sana sini, supaya pintu bisa ditutup. Kalau pintu tidak tertutup, kereta tidak akan jalan. Tambah lama, tambah telat.
Belum lagi, kondisi jalan setapak menuju kampus yang berlapis es. Harus hati-hati, kalau tidak mau jatuh. Mau pegangan, palang pegangannya berlapis salju. Dingin. Tapi terpaksa dipegang juga, daripada bokong sakit kalau terpeleset. Apalagi kalau jalannya di antara pepohonan, seperti jalan menuju gedung lab saya. Kejatuhan tumpukan salju itu bisa bikin kepala pusing, loh.
Untung akhirnya bisa sampai ke kampus dengan selamat. Mengibas-ngibaskan jaket yang penuh serpihan salju. Uff, ujung jari kaki terasa super dingin. Kemudian ketemu teman yang menggerutu tadi. Ah, tapi saya masih suka salju. Cuma, kalau bisa memilih sih, mending menikmati dari tempat hangat, sambil tidur-tiduran, bermalas-malasan...
Hirai Ken : penyanyi cowok kesukaan saya. Maaf, ga bisa menyebutkan penyanyi Indonesia atau Amerika, soalnya semenjak di Jepang saya jadi agak kuper :)