daun singkong
tentang jepang dan indonesia
di mata seorang penggemar sayur daun singkong
Thursday, February 03, 2005

Sindrom Paris

Baca koran tgl 2 kemarin, ada artikel yang bikin saya tersenyum. Tentang 'Sindrom Paris' yang dialami orang Jepang yang tinggal di Paris. Dokter Ota, seorang psikiatris Jepang yang tinggal di Paris, mengungkapkan tentang sindrom ini.

Paris, di mata orang Jepang, mungkin bisa dianggap sebagai 'negri dongeng'. Surga barang bermerek. Louis Vuitton, Channel, Yves Saint Laurent. Eifel tower & Champs Elysees yang romantis. Lihat saja pamflet yang banyak dipajang di agent travel : romantic tour di Paris, bulan madu, paket pernikahan.

Didekap mimpi tentang indahnya Paris, tidak sedikit orang Jepang yang ingin tinggal di Paris. Mulai dari ikut program pertukaran belajar, sampai memutuskan pindah kerja ke sana. Jangan heran, orang Jepang memang tidak direpotkan urusan visa. Asalkan ada uang, mereka bisa pergi. Soal uang pun bukan masalah besar untuk orang Jepang. Kerja part time di McDonald pun asalkan berhemat bisa jadi modal biaya hidup.

Tapi sepertinya Paris memang cuma cocok dijadikan tempat wisata. Tidak lagi tinggal di hotel mewah, banyak yang merasakan tidak mudahnya menjebol tembok perbedaan budaya. Setiap tahunnya sekitar 100 orang Jepang merasakan keluhan akibat tekanan mental : orang Perancis dianggap kurang ramah, terlalu banyak bicara, tidak mau mendengarkan jawaban padahal sudah tanya-tanya, dan orang Jepang merasa dibodohi dengan lelucon2 orang Perancis. Semua ini membuat depresi orang yang tinggal lebih dari tiga bulan. Bahkan ada yang menolak keluar apartemen berbulan-bulan karena tertekan dengan omongan orang. Tapi anehnya, banyak yang menolak kembali ke Jepang, karena merasa akan dianggap sebagap orang kalah.

Memang kalau sudah terbiasa dengan pelayanan Jepang, pelayanan di Paris akan terasa sangat jelek. Kadang-kadang saya malah berpikir, pelayanan di Indonesia lebih baik karena paling tidak kita bisa menyelipkan amplop, supaya cepat. Kalau di Paris, ga ngerti bahasa Perancisnya... :)

Pengalaman menginap di Paris, biarpun sudah pesan lewat travel agent di Tokyo, ternyata petugas hotel seenaknya memindahkan kami ke hotel lain. Alasannya hotel sudah penuh. Padahal, hotel itu sudah dipesan sejak dua minggu sebelumnya. Untungnya (orang Jawa banget sih, masih dipikir untungnya...) hari pertama kami dipindah ke hotel yang lebih bagus. Jadi ga sempet ngomel. Tapi ternyata pas hari terakhir, kami dipindah ke hotel yang lebih jelek. Lucunya pas kami datang ke hotel itu, ada sepasang bule yang marah2 sambil bilang kalau hotel itu mirip kandang babi. Sebenarnya sih ga separah itu, cuma memang rasanya kesal banget karena sudah bayar dengan harga lebih mahal dari apa yang diterima.

Satu lagi, selama jalan di Paris, saya pernah merasa dirampok di sebuah restoran kecil (lebih mirip warung kali ya...). Mungkin karena ga bisa bahasa Perancis cuma pakai bahasa isyarat, saya harus membayar tiga kali lipat dari harga yang saya perkirakan. Padahal, makanannya tidak berbeda dari apa yang biasa dibeli di hari-hari sebelumnya, di restoran serupa di daerah yang sama. Memang di situ tidak tertulis harga makanannya, sesuatu yang nyaris tidak pernah ada di Jepang.

Maklum deh, budget jalan-jalannya tipis banget. Lagi pula saya pikir, Perancis itu negara maju. Mestinya, pelayanan umum sebagus Jepang, dong.

Kok jadi curhat, sih ?
kategori tulisan lama

kumpulan foto

Shopping yuk !

Satu Cinta Lingerie Apa Impian Anda ?

shoutbox

sponsor & link

Powered by Blogger
Weblog Commenting and Trackback by HaloScan.com
BlogFam Community
blog-indonesia
Get Firefox!
JANGAN ASAL COPY PASTE..

email me
created by emiliana dewi aryani
@ 2004 - 2011